Assalamualaikum dok, saya mau bertanya mengenai hasil pemeriksaan sperma saya beberapa tahun lalu. Setelah saya mendapatkan hasil lab dengan diagnosis teratozoospermia, saya menjadi patah semangat dan tidak melanjutkan konsultasi, karena saya mengira kondisi sperma saya sudah rusak dan bermasalah. Padahal saya sendiri belum memahami apa artinya. Mohon dibantu untuk dijelaskan, dok.
(Di sini data pribadi pasien telah disamarkan.)
Analisa Sperma
Data Sampel:
-
Jam Pengumpulan: 09.20
-
Jam Penerimaan: 09.24
-
Jam Pemeriksaan: 10.00
-
Tertampung: Lengkap
-
Cara Pengeluaran: Masturbasi
-
Tempat: Wadah plastik yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan sperma
-
Puasa Seksual: 4 hari
Makroskopis:
-
Volume: 2.4 mL (Nilai Rujukan ≥ 2 mL)
-
Bau: Khas (Nilai Rujukan: Khas)
-
Warna: Putih keabu-abuan
-
pH: 8.1 (Nilai Rujukan: 7.2 – 7.8)
-
Liquefaksi: >180 menit (Nilai Rujukan ≤ 60 menit)
-
Viskositas: 4.0 cm (Nilai Rujukan ≤ 2 cm)
Pemeriksaan dilakukan pada sampel yang belum liquefaksi sempurna.
Mikroskopis:
-
Konsentrasi: 83 x 10^6/mL (Nilai Rujukan ≥ 15 x 10^6/mL)
-
Jumlah: 199.2 x 10^6/ejakulat (Nilai Rujukan ≥ 39 x 10^6/ejakulat)
Motilitas:
-
Progressive (PR): 38% (Nilai Rujukan ≥ 32%)
-
Non Progressive (NP): 31%
-
Immotile: 31%
Pemeriksaan Tambahan:
-
Aglutinasi: Negatif (Nilai Rujukan: Negatif)
-
Leukosit: 0.0 x 10^6/mL (Nilai Rujukan < 1 x 10^6/mL)
-
Immature Germ Cell: 0.0 x 10^6/mL
-
Viabilitas: – (Nilai Rujukan ≥ 58%)
Morfologi:
-
Normal: 3% (Nilai Rujukan ≥ 4%)
-
Abnormal: 97%
Kesimpulan Spermatologi:
Teratozoospermia
Mari kita bahas secara detail dan ilmiah mengenai kondisi yang dialami.
Pemeriksaan Awal: Liquefaksi Tinggi dan Viskositas Meningkat
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya masalah pada proses pencairan air mani (liquefaksi) dan viskositas (kekentalan) yang lebih tinggi dari normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
-
Infeksi atau peradangan pada saluran reproduksi pria
-
Gangguan pada kelenjar prostat atau vesikula seminalis, yang berperan dalam produksi cairan semen
-
Peningkatan radikal bebas atau stres oksidatif yang merusak komponen sperma
-
Gangguan kelenjar reproduksi lain yang mempengaruhi kualitas cairan mani
Masalah pada kekentalan dan pencairan sperma ini bisa mempengaruhi kemampuan sperma untuk bergerak dan mencapai sel telur.
Apa Itu Teratozoospermia?
Teratozoospermia adalah kondisi di mana bentuk sperma yang dimiliki tidak normal secara proporsi. Yang dinilai dalam pemeriksaan morfologi sperma meliputi:
-
Bentuk kepala sperma
-
Struktur leher sperma
-
Bentuk ekor sperma
Dalam kasus ini, hanya 3% sperma yang memiliki bentuk normal, sedangkan standar minimal normal dari WHO adalah minimal 4% sperma berbentuk normal.
Namun perlu dipahami bahwa:
-
Morfologi sperma merupakan parameter yang sangat subjektif dalam pemeriksaan laboratorium. Hasil bisa bervariasi antar laboratorium, tergantung metode pewarnaan dan keahlian analis.
-
Di beberapa laboratorium, hasil morfologi yang tinggi (misalnya 60%) bukan berarti otomatis lebih subur.
-
Banyak pria dengan morfologi sperma 3% masih dapat memiliki keturunan secara alami.
Apa Penyebab Teratozoospermia?
Penyebab kondisi ini bisa bersifat multifaktorial, di antaranya:
-
Pola hidup tidak sehat seperti merokok, stres berkepanjangan, kurang tidur, serta kekurangan nutrisi
-
Infeksi menahun atau peradangan kronis pada saluran reproduksi
-
Gangguan hormonal yang mempengaruhi produksi sperma
-
Paparan zat beracun seperti pestisida, logam berat, atau radiasi
-
Kelainan genetik, meskipun hal ini jarang terjadi
Apakah Masih Bisa Punya Anak?
Jawabannya: masih ada peluang untuk hamil secara alami.
Jika dibandingkan dengan kondisi gangguan sperma lain seperti:
-
Azoospermia (sperma nihil),
-
Oligospermia (jumlah sperma sedikit),
-
Asthenozoospermia (sperma dengan gerakan lemah),
maka teratozoospermia umumnya masih dianggap lebih ringan, selama jumlah sperma cukup banyak dan gerakannya masih aktif.
Namun perlu diingat bahwa sperma normal sekalipun tidak otomatis menjamin kehamilan, karena keberhasilan hamil juga dipengaruhi oleh:
-
Kualitas sel telur istri
-
Saluran tuba falopi
-
Kondisi rahim
-
Waktu berhubungan seksual
Apa yang Harus Dilakukan Selanjutnya?
Bagi pasangan dengan kondisi seperti ini, langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:
-
Istri memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk menilai kondisi kesuburan wanita.
-
Suami berkonsultasi ke dokter andrologi untuk evaluasi penyebab teratozoospermia.
-
Pemeriksaan hormon lanjutan bila diperlukan.
-
Mengonsumsi suplemen kesuburan pria yang dapat meningkatkan kualitas sperma.
-
Memperbaiki pola hidup, termasuk:
-
Cukup tidur
-
Mengurangi stres
-
Menghindari rokok dan alkohol
-
Mengonsumsi makanan sehat yang baik untuk kualitas sperma
-
-
Berhubungan seksual secara rutin, terutama saat masa subur istri.
-
Evaluasi sperma ulang secara berkala setiap 2 bulan untuk memantau perbaikan.
Jangan terlalu cemas berlebihan, karena justru stres dapat memperburuk kesuburan.
Bila setelah 6 bulan hingga 1 tahun belum juga hamil, bisa mulai mempertimbangkan program kehamilan berbantu seperti inseminasi atau bayi tabung, dengan konsultasi dokter andrologi dan dokter kandungan secara bersama.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And