Bagi pria yang mulai menginjak usia 40 tahun ke atas, perubahan dalam cara berpikir, pengendalian emosi, hingga tingkat kecemasan bisa menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang berubah dalam tubuh. Mungkin Anda merasakan otak menjadi lebih lambat dalam memproses informasi, mudah merasa khawatir terhadap banyak hal, atau lebih sensitif dan cepat marah dalam situasi yang sebelumnya biasa saja. Banyak orang mencoba mengatasi hal ini dengan suplemen otak, vitamin, atau sekadar berolahraga rutin. Namun, jika semua upaya tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan, ada satu kemungkinan yang sering terlewat, yaitu penurunan hormon testosteron.
Selama ini, testosteron kerap dianggap hanya berkaitan dengan hasrat atau kemampuan seksual pria. Padahal, peran hormon ini jauh lebih luas. Testosteron ikut mendukung fungsi kognitif pria, termasuk kemampuan berpikir jernih, fokus, dan memori. Selain itu, hormon ini juga memengaruhi stabilitas suasana hati (mood), rasa percaya diri, serta manajemen stres. Penurunan kadar testosteron dapat membuat pria lebih mudah cemas, sensitif, hingga mengalami perubahan mood yang signifikan. Tidak jarang, kondisi ini menimbulkan kesulitan dalam menjalani rutinitas harian, termasuk pekerjaan dan interaksi dengan orang lain.
Jika Anda merasa gejala-gejala seperti mudah cemas, cepat marah, atau sulit berkonsentrasi menjadi semakin sering dan intens, ada baiknya Anda mulai melakukan pemeriksaan kadar hormon testosteron. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran apakah masalah yang Anda alami memang berkaitan dengan gangguan hormonal. Biasanya, dokter andrologi atau ahli urologi dapat membantu menganalisis lebih lanjut kondisi Anda, termasuk menilai apakah ada masalah kesehatan lain yang mungkin turut memengaruhi penurunan testosteron, seperti obesitas, kebiasaan merokok, stres berkepanjangan, atau gangguan metabolik tertentu.
Penanganan bila memang terbukti terjadi penurunan hormon testosteron bisa beragam, tergantung seberapa rendah kadarnya. Mulai dari terapi penggantian hormon (testosterone replacement therapy), perubahan gaya hidup, hingga pola makan sehat. Kombinasi antara penanganan medis yang tepat, rutinitas olahraga yang konsisten, serta manajemen stres yang baik, umumnya dapat membantu memulihkan keseimbangan hormon dan memperbaiki kualitas hidup pria secara menyeluruh.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And