Ini pilihan terapi impoten atau penyakit disfungsi ereksi yang tersedia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bukan sekadar teori, tetapi ini adalah hal yang benar-benar saya kerjakan setiap hari dalam praktik saya sebagai dokter andrologi, khususnya menangani pasien impoten di Banjarmasin, Kalsel. Harapannya di akhir kita bisa memahami apa saja pilihan terapi yang tersedia dan bisa untuk digunakan langsung ketika mendapatkan pengobatan.
Pasien dengan gangguan ereksi alias impoten adalah kasus terbanyak yang saya tangani di Kalimantan Selatan. Umumnya dialami oleh pria usia di atas 40 tahun, walaupun tak jarang juga terjadi pada pria muda. Ketika pasien datang, langkah pertama yang saya lakukan adalah pemeriksaan menyeluruh. Tujuannya tentu untuk mencari tahu apa penyebab utama gangguannya, sehingga terapi bisa disesuaikan dengan tepat.
Pemeriksaan mencakup wawancara menyeluruh, pengecekan tekanan darah, evaluasi organ reproduksi, serta pemeriksaan laboratorium. Setelah seluruh data terkumpul, barulah saya tentukan terapi yang paling cocok. Saya juga akan mempertimbangkan bila ada faktor lain yang perlu ditangani spesialis lain. Misalnya, jika pasien memiliki kadar gula yang sangat tinggi, saya akan merujuknya ke dokter penyakit dalam.
Berikut ini adalah empat terapi utama yang saya kerjakan langsung di Banjarmasin.
1. Konseling
Konseling adalah salah satu terapi pertama yang diberikan kepada pasien dengan gangguan ereksi, terutama apabila penyebab utamanya adalah faktor psikologis atau psikogenik. Konseling di sini berarti proses terapi tanpa menggunakan obat-obatan sama sekali, melainkan berupa sesi komunikasi, edukasi, dan bimbingan untuk membantu pasien memahami kondisi dirinya serta mengatasi hambatan mental yang mengganggu fungsi seksual.
Target utama konseling adalah pria dengan gangguan ereksi akibat stres, kecemasan, trauma masa lalu, atau kesalahan pola pikir tentang hubungan seksual. Banyak pria yang merasa bahwa gangguan ereksi terjadi karena tubuh mereka “rusak”, padahal sebenarnya penyebabnya adalah tekanan mental yang belum disadari.
Dalam proses konseling, saya akan membantu pasien untuk meluruskan pemahaman yang keliru, misalnya tentang rangsangan seksual, ketakutan gagal ereksi, atau rasa rendah diri karena ukuran penis. Sering kali, konseling juga akan melibatkan pasangan untuk memastikan komunikasi berjalan dengan baik dan keduanya merasa nyaman saat berhubungan. Selain itu, dalam kasus tertentu, konseling dapat dikombinasikan dengan hipnoterapi. Misalnya, pada pria yang sulit ereksi akibat trauma masa kecil, seperti pernah dibully teman-temannya karena ukuran penis yang dianggap kecil. Hipnoterapi membantu pasien untuk menghadapi trauma tersebut dengan lebih tenang dan mengembalikan kepercayaan dirinya.
2. Terapi Obat Minum
Terapi kedua yang paling sering digunakan dalam menangani impoten adalah terapi obat minum. Kebanyakan masyarakat mengenalnya sebagai “obat kuat”, dengan salah satu merek paling populer yaitu Viagra. Namun, seiring perkembangan ilmu kedokteran, saat ini tersedia berbagai jenis obat ereksi dengan durasi dan efek kerja yang berbeda-beda, seperti sildenafil, tadalafil, dan vardenafil.
Obat-obatan ini bekerja dengan cara merelaksasi otot-otot di sekitar pembuluh darah penis, sehingga aliran darah menuju penis menjadi lebih lancar dan ereksi dapat tercapai serta dipertahankan dengan baik. Prinsip ereksi pada dasarnya membutuhkan pembuluh darah yang melebar agar penis terisi darah secara maksimal.
Banyak pasien yang khawatir tentang keamanan obat ini. Namun, selama penggunaannya sesuai dosis, berasal dari produk asli, dan diberikan oleh dokter yang terlatih seperti dokter andrologi, maka obat ini relatif aman. Risiko muncul ketika pasien membeli produk ilegal di pasaran atau online, yang sering kali berisi campuran bahan berbahaya, dosis yang tidak jelas, bahkan ada yang dikemas sebagai suplemen padahal mengandung obat kimia ilegal. Karena itu, pastikan selalu mendapatkan resep dari dokter resmi dan membeli di apotek terpercaya.
3. Terapi Hormon Testosteron
Testosteron adalah hormon utama pada pria yang berperan sebagai “bahan bakar” fungsi seksual, termasuk dalam menjaga libido dan kekuatan ereksi. Normalnya, kadar testosteron pria akan mulai menurun setelah usia 40 tahun, suatu kondisi yang dikenal sebagai andropause. Namun, pola hidup yang tidak sehat, seperti jarang olahraga, kegemukan, kebiasaan merokok, dan sering begadang dapat mempercepat penurunan hormon ini.
Penurunan testosteron yang tidak ditangani sering kali menjadi penyebab mengapa ereksi tidak kunjung membaik, meskipun pasien sudah mengonsumsi obat minum. Terapi hormon testosteron bertujuan untuk menggantikan kadar hormon yang rendah agar kembali ke batas normal, sehingga fungsi seksual dapat pulih optimal.
Cara pemberian terapi testosteron dapat melalui suntikan intramuskular berkala atau gel yang dioleskan pada kulit, tergantung indikasi dan hasil pemeriksaan laboratorium. Sebelum terapi dimulai, pasien wajib melakukan pengecekan laboratorium untuk memastikan indikasi dan keamanan penggunaan hormon. Terapi testosteron umumnya diberikan minimal selama 3 bulan, dengan evaluasi berkala untuk memantau efek terapi serta memastikan tidak ada efek samping serius.
4. Terapi Gelombang Kejut (Low-Intensity Shockwave Therapy)
Terapi gelombang kejut atau Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (Li-ESWT) merupakan salah satu terapi terbaru untuk menangani gangguan ereksi, khususnya yang disebabkan oleh masalah pembuluh darah. Terapi ini menggunakan alat khusus yang akan mengirimkan gelombang kejut berintensitas rendah ke jaringan penis, dengan tujuan merangsang pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dan memperbaiki aliran darah menuju penis.
Li-ESWT menjadi alternatif terapi yang efektif bagi pasien yang memiliki gangguan ereksi akibat penyakit pembuluh darah seperti diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi. Biasanya, terapi ini dilakukan sebanyak 1–2 kali per minggu selama total 6 sesi, tergantung kondisi pasien. Kelebihan terapi gelombang kejut adalah sifatnya yang non-invasif, tanpa rasa sakit, dan dapat dikombinasikan dengan terapi lain seperti obat minum atau terapi testosteron untuk hasil yang lebih optimal.
Itulah empat jenis terapi utama yang saya kerjakan secara langsung di dua tempat praktik saya: RS Ulin Banjarmasin (Poli Kesuburan) dan RS Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin. Namun perlu diingat, setiap terapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh sebelum menentukan pilihan terapi terbaik.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And