Pilihan Terapi Ereksi Terbaik

Pengobatan penyakit impotensi atau disfungsi ereksi itu ada banyak sekali pilihan pendekatannya. Namun yang jadi pertanyaan, kira-kira mana pilihan terapi yang terbaik untuk tubuh kita? Di artikel kali ini, kita akan mengenal 10 pilihan terapi yang terbukti secara ilmiah untuk kasus disfungsi ereksi dan mana kira-kira yang terbaik.

Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan dari pasien yang mengalami impotensi adalah “dok, kira-kira apakah penyakit saya ini bisa sembuh? Lalu kemungkinan bisa terdapat perbaikan ereksi lagi seberapa besar?”

Sebagai seorang dokter andrologi yang hampir setiap hari menemui kasus ini, saya memahami mengapa hal tersebut sering menjadi kekhawatiran banyak orang. Karena memang fungsi ereksi itu memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan seksual dengan pasangan. Tidak jarang ada pasangan yang hubungannya menjadi kurang harmonis dikarenakan ada penyakit disfungsi ereksi pada pria ini.

Untuk menjawab pertanyaan tentang apakah bisa terdapat kesembuhan atau tidak, semua itu tentu kembali ke berbagai faktor. Karena memang sebagai seorang dokter, kami tidak bisa menjanjikan hasil pasti sembuh, melainkan menjanjikan memberikan upaya yang terbaik agar pasien yang datang bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Pengalaman saya sendiri menunjukkan, salah satu penentu keberhasilan pengobatan disfungsi ereksi itu bergantung dari berat dan lama penyakit yang diderita, juga upaya perbaikan dari pasien itu sendiri. Misalkan, saya sebagai dokter sudah berusaha memberikan terapi yang terbaik pada pasien, namun jika pada pasien tersebut ia sudah menderita gangguan ereksi yang sangat berat dalam jangka waktu lama, ditambah lagi ia tidak memperbaiki kebiasaan buruk seperti penggunaan rokok dan mengontrol penyakit lain di tubuh, maka yang terjadi perbaikan ereksinya tidak optimal. Sangat dibutuhkan kerjasama antara dokter andrologi yang merawat dan pasien, agar fungsi ereksi dapat membaik.

Kabar baiknya, angka keberhasilan terapi ereksi itu sebetulnya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan, era sekarang ini pengobatan ereksi itu sudah sangat berkembang sekali dibandingkan dahulu. Jika dahulu tahun 1980an awal, pengobatan ereksi masih sangat terbatas sekali, sehingga penanganannya belum bisa optimal dikarenakan keterbatasan.

Di era awal tersebut, pengobatan penyakit disfungsi ereksi lebih ke arah pendekatan konseling karena belum ditemukannya obat-obatan. Sementara sekarang ini, ada pemberian terapi yang dalam bentuk obat atau tindakan menggunakan alat tertentu yang bisa diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Sekarang kita akan membahas 10 jenis terapi untuk penyakit disfungsi ereksi, plus minus masing-masing jenis terapi, dan pada kasus apa terapi tersebut cocok diberikan. Kita akan urutkan satu persatu dari terapi yang sudah ada sejak lama, hingga terbaru saat ini.

  1. Pola Hidup Sehat

Ini adalah salah satu terapi yang sangat mudah, murah, dan aman untuk dilakukan guna memperbaiki ereksi. Bahkan saya sangat menganjurkan untuk melakukan ini pada seluruh pasien sebagai pengobatan pertama yang bisa dilakukan di rumah, karena memang dampaknya sangat bagus dan efek samping yang sangat minim.

Adapun perbaikan pola hidup sehat ini antara lain meliputi: olahraga teratur sebanyak 150 menit/minggu, latihan otot dasar panggul seperti kegel, tidur dengan durasi cukup selama 7-9 jam setiap malam, konsumsi makanan yang menyehatkan seperti daging, buah, dan sayuran segar, mengurangi minuman manis, menghindari penggunaan rokok dan alkohol, juga mengelola stres pada pikiran.

Kekurangan untuk perbaikan pola hidup sehat ini adalah, ia memerlukan waktu untuk melakukannya, sehingga hasilnya tidak bisa instan dalam hitungan hari. Ini yang sering menjadi permasalahan bagi pasien, karena terkadang ada yang kurang sabar dalam melakukannya sehingga merasa kalau tidak ada perbaikan setelah melakukan pola hidup sehat.

Selain itu, perbaikan pola hidup sehat ini efeknya kurang maksimal pada seseorang dengan gangguan penyakit yang sudah sangat berat dan lama. Karena memang kondisi tubuh seseorang tersebut sudah sangat parah sekali dan memerlukan terapi jenis lainnya untuk memperbaiki fungsi ereksi.

Terapi perbaikan pola hidup sehat ini cocok dilakukan untuk semua orang dengan gangguan penyakit ereksi. Bahkan pada yang gangguan berat sekalipun, jika perbaikan pola hidup sehat ini dikombinasikan dengan pemberian terapi lainnya ini akan memberikan efek yang jauh lebih optimal khasiatnya, dibandingkan kalau hanya pemberian obat saja.

  1. Konseling

Yang dimaksud dengan terapi konseling adalah terapi dengan cara diskusi dan berbicara antara seorang dokter dengan pasiennya. Istilah lain dari konseling ini adalah terapi bicara, sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Biasanya terapi ini cukup intens digunakan pada seorang pria yang menderita gangguan disfungsi ereksi karena adanya permasalahan pikiran seperti stres.

Mungkin banyak yang skeptis dengan terapi ini, karena merasa kalau hanya sekedar berbicara saja, mana mungkin bisa memperbaiki ereksi. Tetapi faktanya, terapi konseling ini sangat efektif dan memiliki peran yang cukup baik. Hal ini dikarenakan, sebagian besar pria yang menderita disfungsi ereksi mereka menjadi stres juga cemas dengan kondisinya ini, sehingga terapi konseling ini cukup membantu mengurangi beban tersebut dan membangkitkan kepercayaan diri pria.

Terapi konseling ini juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman-pemahaman kepada pasien, juga meluruskan hal yang mungkin selama ini keliru dan menghambat fungsi seksual. Tidak jarang setelah mendapatkan konseling, pasien menemukan titik “aha!” tersendiri, di mana ia tersadar apa kekeliruan yang selama ini ia yakini.

Terkadang konseling ini dapat dilakukan dengan komunikasi langsung secara 2 arah, atau mungkin juga bisa dengan pasangan agar dapat membantu proses penyembuhannya. Di samping itu terkadang ada juga metode menggunakan pendekatan hipnoterapi, yaitu di mana seseorang akan berada dalam kondisi hipnosis sehingga alam bawah sadarnya lebih terbuka untuk diberikan sugesti yang membantu penyembuhan.

Pendekatan terapi ini utamanya cocok dilakukan pada pria yang mengalami disfungsi ereksi karena permasalahan pikiran. Biasanya pada pria-pria usia muda, gangguan ereksinya hampir sebagian besar disebabkan faktor pikiran yang memerlukan penanganan konseling secara mendalam.

Namun, saya sendiri sebagai seorang dokter andrologi, ada 2 pendekatan terapi awal yang pasti selalu saya berikan kepada pasien yang datang berkonsultasi. Yaitu terapi perbaikan pola hidup sehat dan konseling, karena keduanya sangat membantu untuk membantu penyembuhan pasien yang menderita disfungsi ereksi.

  1. Terapi seks

Pendekatan terapi seks ini merupakan salah satu pendekatan lama yang dilakukan sejak dahulu kala. Karena belum ditemukannya obat atau alat bantu untuk mengoptimalkan ereksi, maka di era 1980-an, pasien penderita gangguan ereksi selain mendapatkan konseling biasanya juga akan mendapat terapi seks.

Terapi seks di sini merupakan gabungan antara konseling dan biasanya dilakukan pendekatan terapi pada tubuh pasien penderita. Sebagai contoh, dahulu ada seorang tokoh seks yang sangat populer yang bernama, Masters and Johnson, di mana mereka menerapi pasien gangguan ereksi dengan sebuah teknik yang bernama Sensate Focus Therapy.

Pada pendekatan terapi ini pasangan ditempatkan dalam suatu ruangan, kemudian lelaki yang menderita gangguan ereksi bagian tubuhnya akan diberikan rangsangan sentuhan oleh wanita secara perlahan-perlahan menggunakan tangan. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membuat pria lebih fokus dengan stimulasi seks yang diberikan oleh wanita, sehingga dapat membantu terjadinya ereksi.

Seiring berjalan waktu terapi seks ini terus berkembang, seperti ada teknik-teknik masturbasi atau hubungan seks yang diatur sedemikian rupa untuk membuat fungsi ejakulasi lebih lama. Memang secara data penelitian menunjukkan kalau terapi seks ini cukup membantu pada pasangan yang menderita gangguan seksual.

Terapi ini dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan seksual yang masih ringan dan disebabkan oleh faktor pikiran seperti stres. Karena pada gangguan yang sudah cukup berat akibat adanya penyakit di tubuh, maka terapi seks ini tidak memperbaiki akar penyebab masalahnya.

  1. Vakum Penis

Vakum penis merupakan sebuah alat mekanik di mana ia akan meningkatkan aliran darah di penis dengan cara adanya penyedotan dari alat vakum. Kemudian saat penisnya membesar, di daerah akar batang penis akan dipasang semacam cincin untuk menahan aliran darah tersebut, sehingga penisnya akan terjadi ereksi. Memang tidak bisa dipungkiri sebagian pengguna alat vakum ini merasakan rasa nyeri dan kurang nyaman akibat penekanan dari cincin di daerah penis.

Penggunaan vakum penis ini sering disalahgunakan oleh pengobatan alternatif, dengan dalih kalau terapi tersebut dapat memperpanjang penis. Padahal sebetulnya, terapi ini tidak akan memperpanjang penis, melainkan hanya sebagai salah satu pendekatan terapi dalam disfungsi ereksi.

Alat vakum penis ini sebetulnya ada dijual bebas di marketplace ada yang dalam bentuk elektrik, jadi dia akan menyedot secara otomatis, dan adapula yang manual. Yang perlu diingat, pendekatan terapi ini tentu harus berhati-hati dan menggunakan alat yang terstandar, karena jika tidak justru dapat mencederai fungsi penis. Pilihan pendekatan terapi ini biasanya akan dipertimbangkan pada kasus disfungsi ereksi paska dilakukan pembedahan daerah reproduksi.

  1. Operasi Implan Penis

Terapi operasi implan penis buatan, merupakan terapi pilihan terakhir pada penyakit disfungsi ereksi pria. Ini akan dipilih apabila semua pilihan terapi disfungsi ereksi yang lain tidak juga memberikan perbaikan, dan dicurigai gangguannya sudah sangat berat sekali.

Proses pendekatan terapi ini adalah dengan memasukkan tabung silinder di rongga batang penis, yang kemudian akan dihubungkan dengan alat penyimpanan cairan di dalam perut. Lalu di daerah buah zakar akan diletakkan semacam tombol pompa, sehingga apabila seorang pria ingin terjadi ereksi ia tinggal menekan tombol pompa tersebut. Di mana ketika pompa tersebut diaktifkan, ia akan mengalirkan cairan ke tabung di rongga batang penis yang membuat penis menjadi keras.

  1. Suntikan Penis

Pemberian suntikan bahan obat kimia yang disuntikkan secara langsung ke batang penis menjadi salah satu terapi obat penyakit disfungsi ereksi pertama yang diakui secara medis pada tahun 1995. Mekanismenya adalah, suntikan ini menyebabkan pelemasan otot dan pelebaran darah di penis secara langsung yang mengakibatkan fungsi ereksi bekerja secara instan.

Pemberian suntikkan penis ini dapat dipertimbangkan pada orang-orang yang mengalami gangguan ereksi dan tidak membaik meski mendapatkan obat minum. Akan tetapi permasalahan dari obat ini adalah rasa kurang nyaman juga nyeri karena harus disuntikkan ke batang penis secara sendiri setiap kali hendak berhubungan, dan ketersediaan obat yang sekarang sangat langka di Indonesia. Sehingga memang sekarang ini terapi penyuntikan pada penis sudah sangat jarang sekali dilakukan.

  1. Obat Minum

Salah satu terapi yang cukup mengubah paradigma pengobatan penyakit disfungsi ereksi adalah penemuan obat minum. Tentunya kita sudah sangat familiar ya dengan obat kimia yang satu ini, yaitu dengan nama paten Viagra. Obat Viagra yang berisi kandungan sildenafil ditemukan pada awal tahun 1990, di mana awalnya digunakan sebagai pengobatan pada pasien dengan gangguan penyakit jantung yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah.

Namun uniknya, pasien yang mendapatkan terapi Viagra ini ternyata menunjukkan efek lain pada tubuh mereka selain ke kesehatan tekanan darahnya, yakni fungsi ereksi yang menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan obat Viagra tersebut diketahui memiliki efek yang dapat menyebabkan pelemasan otot dan pelebaran pembuluh darah di penis yang membuat ereksi menjadi lebih baik.

Alhasil sejak saat tahun 1998, Viagra akhirnya mulai digunakan sebagai salah satu terapi untuk disfungsi ereksi dan menjadi sangat booming.Di era sekarang ini obat sejenis Viagra sudah ada beberapa jenis yang beredar, dengan cara kerja yang hampir mirip.

Selain pemberian obat yang dapat menimbulkan ereksi secara langsung seperti Viagra, juga ada pengembangan obat-obat herbal untuk membantu ereksi. Obat-obat herbal ini biasanya mengandung bahan-bahan alami yang diketahui dapat membantu fungsi ereksi pria, sebut saja seperti ginseng, tongkat ali, gingko biloba, dan tribulus.

Bedanya antara obat kimia seperti Viagra dengan obat herbal adalah, jika obat kimia biasanya ia dapat bekerja dengan instan, sementara obat herbal ia memerlukan waktu jangka panjang konsumsinya agar dapat memperbaiki ereksi.

Pemberian obat minum untuk penyakit disfungsi ereksi ini sangat dianjurkan pada gangguan yang cukup berat. Tetapi yang harus diingat, pemberian obat ini harus sesuai anjuran dan resep dokter yang ahli menangananinya. Karena seluruh obat-obatan itu pasti ada efek samping dan aturan pakai, yang jika digunakan sembarangan dapat membahayakan tubuh kita.

  1. Pemberian Hormon

Di tubuh pria ada salah satu hormon yang berperan penting untuk fungsi seksual terutama ereksi pria, yaitu adalah hormon testosteron. Hormon testosteron ini seperti bahan bakar bagi pria agar kendaraan fungsi seksualnya dapat bekerja dengan baik. Akan tetapi permasalahannya, kadar hormon pria  ini bisa menurun seiring berjalannya waktu, di mana biasanya mulai sering terjadi pada pria yang menginjakkan usia di atas 40 tahun. Inilah yang menyebabkan angka gangguan penyakit disfungsi ereksi semakin meningkat pada pria-pria usia lanjut.

Jika kita mungkin familiar dengan istilah menopause pada wanita, di mana hormon di tubuhnya mulai rendah, maka pada pria adapula kondisi serupa yang disebut dengan andropause. Menariknya beberapa kali saya menemui pada pria usianya relatif muda tetapi ditemukan kalau hormon testosteronnya sudah sangat rendah seperti pria usia lanjut. Itulah mengapa pemeriksaan hormon testosteron penting sekali untuk dilakukan pada pria dengan disfungsi ereksi yang dicurgai terdapat gangguan hormon tersebut.

Pemberian hormon testosteron ini dapat diberikan dengan beberapa metode, yang tersering adalah dengan suntikan di pantat yang diulangi dalam periode waktu tertentu. Ada suntikan yang diberikan 3 minggu sekali, dan adapula yang dapat diberikan 3 bulan sekali. Alternatif selain suntikan, adapula hormon testosteron yang diberikan dalam bentuk jelly, di mana jelly ini akan diusap ke bagian tubuh pria seperti perut setiap harinya untuk membantu meningkatkan hormon testosteron.

Pemberian hormon testosteron sangat perlu diberikan pada kasus pria disfungsi ereksi yang memang terbukti memiliki hormon testosteron rendah dari hasil pemeriksaan laboratorium. Pemberian hormon ini perlu dilakukan oleh dokter yang ahli dan dilakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah pemberian hormon ini aman dilakukan pada pria tersebut atau tidak. Karena sekali lagi, setiap terapi pasti ada efek samping dan aturan pakainya.

  1. Stem Cell

Terapi stem cell atau yang dalam bahasa Indonesia sel punca, adalah sebuah proses pemberian sel ke tubuh yang dapat membuat regenerasi dan perbaikan secara alami di tubuh mengatasi berbagai kerusakan. Di mana pada kasus ini, pemberian stem cell berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak di daerah daerah penis sehingga menyebabkan penyakit disfungsi ereksi pada pria.

Adapun cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan stem cell ke batang penis sebanyak 2x dengan interval 1 minggu sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Pendekatan terapi ini masih dalam proses pengembangan dan penelitian lebih lanjut terkait dampaknya untuk penyembuhan penyakit disfungsi ereksi. Dari beberapa data penelitian yang sudah ada, menunjukkan kalau terapi stem cell ini cukup menjanjikan di masa depan.

  1. Gelombang Kejut

Terapi gelombang kejut ini menggunakan alat yang bernama low-intensity extracorporeal shock wave (Li-ESWT), di mana ia akan mengeluarkan gelombang kejut yang menargetkan jaringan dari penis.  Ini adalah salah satu pendekatan terapi disfungsi ereksi terbaru yang cukup mudah dilakukan, cepat, dengan nyeri yang minim.

Salah satu hal yang penting dalam proses ereksi adalah aliran darah di penis, di mana pada penyakit disfungsi ereksi ia akan terjadi gangguan aliran darah penis akibat adanya penyakit di tubuh yang mengakibatkan sumbatan darah di penis. Terapi gelombang kejut diketahui dapat meningkatkan, melebarkan, dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru di daerah penis, sehingga ia dapat memperbaiki fungsi ereksi pria.

Biasanya pemberian terapi ini akan dilakukan sebanyak 2x per minggu sebanyak 6 kali, dan dapat diulangi lagi pada 1 bulan kemudian. Terapi ini dapat dipertimbangkan pada kasus pria yang menderita gangguan ereksi akibat adanya permasalahan aliran darah seperti darah tinggi, kencing manis, dan kolestrol tinggi.

Itu tadi adalah 10 pilihan terapi untuk penyakit disfungsi ereksi pada pria. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah seluruh terapi tersebut sudah tersedia di Indonesia? Jawabannya adalah ada, hanya saja tidak seluruh kota di Indonesia dapat melakukannya. Terutama terapi-terapi yang menggunakan alat dan teknik khusus, seperti gelombang kejut, stem cell, dan implan penis buatan.

Tetapi memang pemilihan terapi ini tentunya harus sesuai kebutuhan dan indikasi dari pria penderita penyakit tersebut. Bukan tidak mungkin, bisa saja ada kondisi di tubuh seorang pria yang membuatnya tidak bisa mendapatkan terapi salah satu jenis, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek berbahaya ketubuhnya.

Hati-hati pula dengan pemberian terapi oleh oknum yang bukan tenaga kesehatan atau tidak sesuai kompetensinya. Karena seringkali mereka ada yang mengklaim melakukan terapi dengan pendekatan-pendekatan terkini, tetapi alat dan prosedur yang digunakan tidak terstandar. Sebagai contoh ada tempat-tempat hiburan yang menyediakan terapi disfungsi ereksi, dan yang mengerjakannya itu terapis orang-orang biasa bermodalkan alat yang dijual bebas online.

Terakhir, untuk mengetahui terapi apa saja yang tersedia di kota tempat tinggal dan apa kira-kira terapi yang cocok untuk di tubuh kita, saran saya kita bisa berkonsultasi dan mengunjungi dokter andrologi terdekat. Biasanya seorang dokter andrologi akan melakukan pemeriksaan secara lengkap terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab gangguan ereksi dan terapi apa yang cocok diberikan pada pria tersebut. Bukan tidak mungkin, pada seorang pria mendapatkan 2 atau bahkan 3 jenis terapi yang berbeda dalam proses penyembuhannya dikarenakan ia memang memerlukan terapi tersebut.

Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top