Penyebab Impotensi dan Cara Mengobatinya

Penyebab impotensi secara garis besar itu dibagi menjadi 7 penyebab berikut ini. Kita akan bahas secara detail masing-masing penyebab secara mendalam dan bagaimana solusi untuk menanganinya.

Impotensi, yang juga dikenal sebagai disfungsi ereksi, adalah kondisi di mana seorang pria mengalami kesulitan untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual. Gejalanya dapat timbul di awal di mana kekerasan penisnya mulai menurun, atau bisa saja pria tersebut memiliki ereksi yang optimal tetapi di tengah-tengah kekerasannya hilang sebelum terjadi ejakulasi. Kecurigaan penyakit disfungsi ereksi ini ditegakkkan apabila kondisi tersebut sudah terjadi selama 3 bulan dan tidak kunjung terjadi perbaikan.

Dalam kondisi normal, ereksi terjadi ketika darah mengalir ke jaringan spons di penis akibat rangsangan fisik atau emosional. Pada pria dengan disfungsi ereksi, mekanisme ini terganggu karena berbagai alasan, mulai dari gangguan fisik hingga faktor psikologis. Kondisi ini dapat bersifat sementara atau kronis, tergantung pada penyebabnya. Meski sering terjadi pada pria usia lanjut akibat proses penuaan, impotensi juga bisa dialami oleh pria muda karena berbagai faktor seperti stres, gaya hidup tidak sehat, atau gangguan kesehatan tertentu.

Salah satu langkah awal yang perlu dilakukan dalam menangani penyakit disfungsi ereksi ini, adalah dengan mencari tahu akar penyebabnya. Karena dengan kita mengetahui penyebab penyakit ini, kita bisa menentukan langkah-langkah selanjutnya untuk menanggulangi dan memperbaiki fungsi ereksi pria.

Secara berbagai data penelitian dan pengalaman saya sebagai seorang dokter spesialis Andrologi, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini. Tetapi saya akan memaparkan 7 penyebab tersering timbulnya disfungsi ereksi dan bagaimana cara menanggulanginya.

  1. Gangguan Pembuluh Darah

Ini merupakan salah satu penyebab gangguan ereksi tersering yang saya jumpai, terutama pada pria-pria berusia lanjut di atas 40 tahun. Untuk terjadinya ereksi yang optimal, diperlukan aliran darah yang baik di penis dan kemampuan untuk membendung yang baik sehingga penisnya dapat keras.

Pada pria-pria yang terjadi gangguan pembuluh darah, hal ini akan menyebabkan pembuluh darah di penis menjadi terhambat, sehingga akhirnya kesulitan untuk terjadinya ereksi yang baik. Bayangkan saja seperti selang yang seharusnya lancar, tiba-tiba di dalam alirannya terdapat sumbatan yang mengakibatkan aliran airnya tidak dapat mengalir dengan baik.

Berhubung pembuluh darah di penis ini salah satu yang terkecil di tubuh kita dibandingkan pembuluh darah di jantung atau otak, maka ketika pria dengan masalah pembuluh darah, penyakit yang awal muncul itu adalah disfungsi ereksi. Bahkan terdapat penelitian yang menunjukkan, pria dengan disfungsi ereksi akibat pembuluh darah, apabila dibiarkan dalam jangka panjang, berisiko terkena penyakit serangan jantung atau bahkan stroke. Hal ini dikarenakan, semakin lama pembuluh darah yang rusak akan semakin ke arah pembuluh darah yang besar.

Adapun beberapa kondisi yang mengakibatkan pembuluh darah penis rusak antara lain seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan asam urat tinggi. Sehingga idealnya pria perlu waspada jika memiliki kondisi penyakit tersebut, atau lakukan screening untuk mengecek apakah kita ada menderita penyakit itu. Di samping itu juga ada beberapa kebiasaan yang mengakibatkan pembuluh darah rusak, yaitu adalah merokok.

Solusi pada gangguan ini adalah pembuluh darah penis perlu diperbaiki. Salah satu caranya dengan mengontrol penyakit penyebabnya, apabila disebabkan oleh diabetes maka kadar gula darah harus normal dengan cara mengatur pola hidup meminum obat gula sesuai dengan anjuran dari dokter.

  1. Permasalahan Stres Pikiran

Permasalahan gangguan ereksi yang disebabkan karena stres pikiran yang terlalu tinggi, merupakan penyebab paling sering pria-pria usia muda yang mengidap impotensi. Bahkan saya pernah menemui pria usia masih 20an awal yang memiliki pola hidup sehat, tetapi ia menderita kondisi disfungsi ereksi padahal baru 1 bulan menikah. Penyebab kondisi pria tersebut dikarenakan adanya faktor stres yang sangat tinggi sehingga mengganggu ereksi.

Fungsi ereksi itu dikendalikan oleh sistem saraf yang tidak bisa kita kendalikan secara langsung. Agar saraf yang mengatur ereksi ini bisa bekerja secara otomatis, ia diperlukan kondisi pikiran yang rileks, tenang, dan nyaman. Pada saat seorang pria terjadi stres di pikiran yang sangat mengganggu, maka ini akan mengganggu kinerja saraf tersebut, alhasil timbulah kondisi impotensi yang dalam jangka panjang bisa semakin memberat.

Untuk penanganan pada kasus disfungsi ereksi akibat masalah pikiran, maka yang harus dilakukan adalah coba untuk rehat sejenak dan relakskan pikiran. Usahakan agar akar masalah penyebab kekhawatiran kita sudah bisa terkelola dengan baik. Ketika kita sudah mulai terasa tenang dan stres tidak begitu berat, maka cobalah untuk berhubungan seksual kembali.

Namun, jika ternyata kondisi ini masih belum membaik, hal ini menunjukkan kita memerlukan bantuan tenaga profesional lebih lanjut. Pada kondisi-kondisi yang ringan, dengan kita melakukan konseling atau berdiskusi dengan tenaga kesehatan seperti psikolog saja sudah cukup. Tetapi terkadang ada pula kondisi-kondisi masalah pikiran yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan memerlukan obat tambahan untuk mengurangi stresnya yang bisa diresepkan oleh psikiater dan dokter andrologi.

  1. Gangguan Hormon

Hormon memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk gairah dan fungsi seksual pria. Salah satu hormon yang paling vital dalam hal ini adalah hormon testosteron. Testosteron berfungsi untuk menjaga libido, membantu pembentukan ereksi, dan mendukung kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

Ketika kadar hormon testosteron terlalu rendah, seorang pria dapat mengalami gejala yang mengganggu, seperti penurunan hasrat seksual (libido), kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi, serta gejala lain seperti kelelahan, kehilangan massa otot, hingga suasana hati yang mudah berubah.

Penurunan kadar testosteron, yang dikenal sebagai andropause pada pria usia lanjut, sering terjadi secara alami seiring bertambahnya usia, terutama ketika menginjakkan usia di atas 40 tahun. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan pada pria-pria yang usianya masih muda, bisa saja terdapat penurunan hormon testosteron dikarenakan faktor pola hidup yang tidak sehat.

Pada pria yang memang terbukti setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium hormon testosteronnya rendah, maka solusi untuk memperbaikinya adalah dengan menjalani sebuah tindakan yang bernama testosterone replacement therapy (TRT). Terapi ini dirancang untuk mengembalikan kadar testosteron ke tingkat yang optimal, sehingga membantu memperbaiki gairah seksual, fungsi ereksi, dan kualitas hidup secara keseluruhan. TRT dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti suntikan, gel topikal, atau obat minum, tergantung pada kebutuhan dan kondisi pasien. Di samping hormon testosteron yang rendah, juga ada gangguan-gangguan hormon lainnya yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan ereksi. Sebut saja adanya gangguan di hormon estradiol, prolaktin, hingga tiroid yang tidak normal, bisa saja kondisi ini dapat menyebabkan keluhan disfungsi ereksi. Sehingga idealnya pemeriksaan hormon-hormon lain perlu tetap dilakukan jika terdapat kecurigaan oleh dokter yang memeriksa.

  1. Gangguan Saraf

Gangguan saraf adalah salah satu penyebab dari disfungsi ereksi yang sering kali terabaikan. Sistem saraf berperan penting dalam mengirimkan sinyal dari otak ke penis untuk memicu dan mempertahankan ereksi. Ketika saraf terganggu akibat cedera, penyakit kronis, atau kondisi tertentu, seperti cedera tulang belakang, epilepsi, neuropati diabetes, atau stroke, sinyal ini dapat terhambat atau tidak sampai sama sekali. Akibatnya, pria yang mengalami gangguan saraf sering menghadapi kesulitan untuk mencapai ereksi yang cukup kuat.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi fungsi seksual, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup seseorang. Misalnya, cedera tulang belakang bisa menyebabkan kerusakan saraf permanen yang tidak hanya memengaruhi kemampuan ereksi, tetapi juga kontrol kandung kemih dan mobilitas tubuh. Begitu pula neuropati pada penderita diabetes, yang sering menyebabkan kerusakan saraf perifer, dapat menimbulkan gejala mati rasa atau nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Solusi untuk gangguan saraf memerlukan pendekatan multidisiplin, mulai dokter spesialis saraf atau neurologi untuk menangani kelainan saraf yang rusak, juga biasanya akan diberikan obat-obatan untuk mengoptimalkan ereksi penisnya oleh dokter andrologi.

  1. Efek Samping Obat-Obatan

Beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi medis ternyata dapat menimbulkan efek samping berupa impotensi atau disfungsi ereksi. Hal ini seringkali menjadi masalah tersembunyi karena pasien cenderung fokus pada manfaat utama obat yang dikonsumsi, tanpa menyadari dampak negatif terhadap fungsi seksual.

Sebagai contoh ada sebagian jenis obat untuk kejiwaan, darah tinggi, prostat, dan lambung yang memiliki efek samping tersebut. Cara kerja obat-obatan ini dalam mengganggu fungsi ereksi bervariasi. Misalnya, obat tekanan darah dapat mengurangi aliran darah ke penis, yang merupakan elemen penting dalam proses ereksi. Antidepresan, di sisi lain, dapat mengganggu keseimbangan zat kimia otak yang mengatur gairah seksual. Bahkan, beberapa obat gangguan prostat bekerja dengan cara menekan produksi hormon testosteron, yang pada gilirannya memengaruhi libido dan kemampuan ereksi.

Jika kita mencurigai bahwa obat yang kita konsumsi menjadi penyebab impotensi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Jangan pernah menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba tanpa pengawasan medis, karena hal ini dapat menyebabkan efek samping serius lainnya, terutama jika obat tersebut digunakan untuk kondisi kronis seperti hipertensi atau depresi.

Dokter kita dapat mengevaluasi pengobatan yang sedang dijalani dan menawarkan alternatif yang lebih sesuai. Dalam banyak kasus, terdapat obat pengganti yang memiliki risiko lebih rendah terhadap disfungsi ereksi. Sebagai contoh, beberapa obat tekanan darah tinggi ada beberapa jenis golongan, dan beberapa diantaranya diketahui memiliki efek samping yang lebih ringan pada fungsi seksual dibandingkan dengan obat golongan tertentu. Selain itu, dokter mungkin akan mempertimbangkan untuk menurunkan dosis obat yang berpotensi mengganggu ereksi atau menambahkan terapi pendukung untuk mengatasi masalah ereksi.

  1. Komplikasi Paska Operasi

Komplikasi pasca operasi adalah salah satu penyebab disfungsi ereksi yang sering tidak terduga oleh pasien. Beberapa prosedur bedah, terutama yang melibatkan area panggul, prostat, kandung kemih, atau tulang belakang, dapat berdampak negatif pada fungsi seksual pria.

Hal ini biasanya terjadi karena adanya cedera atau gangguan pada pembuluh darah dan saraf yang berperan penting dalam proses ereksi. Sebagai contoh, operasi untuk mengangkat kanker prostat atau rektum sering kali memengaruhi saraf-saraf yang mengatur ereksi, bahkan dengan teknik operasi yang dirancang untuk melindungi saraf. Selain itu, dampak psikologis dari komplikasi pasca operasi, seperti kecemasan atau depresi, sering kali memperburuk kondisi ini, membuat pemulihan menjadi lebih kompleks.

Solusi untuk komplikasi pasca operasi harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Langkah pertama adalah berkonsultasi kembali dengan dokter bedah yang melakukan prosedur untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab gangguan tersebut. Dalam banyak kasus, kolaborasi antara dokter bedah, andrologi, dan spesialis rehabilitasi dapat membantu menentukan rencana pemulihan terbaik.

  1. Pola Hidup Tidak Sehat

Pola hidup tidak sehat adalah salah satu penyebab yang sering diabaikan tetapi memiliki dampak besar pada kesehatan seksual kita. Gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan yang tidak seimbang, kurangnya olahraga, hingga kurang tidur semuanya dapat memengaruhi berbagai aspek tubuh, termasuk kemampuan seksual pria.

Tanpa disadari, kebiasaan buruk ini dapat memicu berbagai masalah seperti gangguan aliran darah, ketidakseimbangan hormon, hingga kerusakan fungsi saraf yang krusial dalam mencapai dan mempertahankan ereksi yang sehat. Memang pola hidup yang tidak sehat ini ia tidak instan dalam menyebabkan gangguan ereksi, tetapi biasanya ia akan muncul setelah kita melakukan kebiasaan tidak sehat ini dalam jangka panjang.

Untuk memperbaikinya, tentu kita harus memperbaiki pola hidup kita secara keseluruhan. Mulai dari berhenti merokok, mengurangi alkohol memakan makanan segar dan bergizi, perbanyak olahraga, dan tidur dengan durasi cukup selama 7-9 jam setiap harinya.

Baik itu tadi adalah tujuh penyebab utama impotensi beserta solusinya. Yang perlu diingat, penyebab gangguan ereksi setiap orang itu bisa saja sangat berbeda-beda, bahkan sangat mungkin terdapat kombinasi penyebabnya. Oleh karena itu, sangat penting pada pria yang mengidap kasus disfungsi ereksi untuk berkonsultasi dengan dokter andrologi agar dicari tahu penyebabnya dan mendapatkan terapi yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh.

Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top