Pornografi dan onani dalam jumlah wajar sering dianggap tidak berbahaya, tetapi ketika sudah mencapai tahap kecanduan, dampaknya bisa sangat merusak. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa kebiasaan ini dapat mengubah cara kerja otak, menurunkan kualitas hidup, bahkan memengaruhi kesehatan fisik dan mental secara signifikan. Di era digital saat ini, akses terhadap pornografi semakin mudah, dan banyak orang akhirnya terperangkap dalam siklus kecanduan tanpa mereka sadari.
Kita sering mendengar berbagai mitos terkait dampak dari onani dan pornografi, seperti “Onani bikin mandul” atau “Onani bikin badan kurus dan pendek”. Padahal, kenyataannya hal itu semua adalah mitos. Namun yang perlu diingat segala sesuatu itu ada dosis amannya, jika terlalu banyak hal ini bisa menimbulkan bahaya di tubuh kita. Termasuk dengan kebiasaan menonton pornografi dan melakukan onani, apabila hal ini dilakukan berlebihan hingga menyebabkan kecanduan, maka dapat terjadi gangguan di tubuh kita.
Adapun tanda kita sudah dicurigai kecanduan pornografi yang berat itu apabila kita menjadi ketergantungan sekali untuk menonton pornografi, susah mengendalikan impuls seksual, mengganggu produktivitas, merasa bersalah setiap habis melakukan onani, dan menimbulkan stress.
Karena itulah, di dalam video ini kita akan membahas 3 bahaya utama dari kecanduan pornografi dan onani serta bagaimana cara menghentikannya sebelum terlambat.
- Mengubah Struktur dan Fungsi Otak
Salah satu bahaya terbesar dari kecanduan pornografi dan onani adalah dampaknya terhadap otak kita. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa otak pecandu pornografi mengalami perubahan mirip dengan pada kecanduan-kecanduan lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa menonton pornografi dalam jangka panjang bisa menyebabkan perubahan struktur di otak, terutama pada bagian prefrontal cortex, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab terhadap self-control, pengambilan keputusan, dan motivasi.
Otak manusia itu tersusun dari bagian abu-abu dan putih, pada pecandu pornografi berat akan terjadi benurrunan struktur abu-abu di bagian otak tersebut, padahal struktur ini berisi sel saraf dan bertugas memproses informasi, emosi, dan memori. Bayangkan ketika bagian ini semakin mengecil, tentu ini dapat berimbas buruk pada fungsi tubuh kita! Alhasil pada seseorang pecandu mereka kesulitan mengontrol emosi, mudah cemas, hinggat sulit untuk merasakan kepuasan.
Di samping itu, ketika kita menonton pornografi, otak mengeluarkan hormon dopamin dalam jumlah besar, yaitu hormon yang membuat kita merasa senang dan puas. Masalahnya, semakin sering kita menonton, semakin besar ambang batas dopamin yang diperlukan untuk mencapai kepuasan. Akibatnya, konten-konten ringan yang dulu bisa membuat kita terangsang lama-kelamaan tidak lagi cukup, sehingga kita mulai mencari konten yang lebih ekstrem.
Kondisi ini disebut desensitisasi otak, di mana otak mulai kehilangan sensitivitas terhadap kesenangan normal. Akibatnya, motivasi hidup menurun, produktivitas berkurang, dan kita menjadi malas melakukan aktivitas yang sebelumnya kita nikmati. Inilah alasan mengapa pecandu pornografi sering kali merasa kehilangan kontrol atas kebiasaan mereka dan terus mengulanginya meskipun merasa bersalah setelahnya.
Ketika kecanduan ini semakin parah, pecandu pornografi sulit merasakan kepuasan dari kehidupan nyata. Hubungan sosial terganggu, konsentrasi menurun, bahkan dalam kasus yang lebih ekstrem, bisa menyebabkan depresi dan kecemasan sosial. Otak yang sudah terbiasa dengan kepuasan instan dari pornografi akan kesulitan menikmati kebahagiaan dari aktivitas lain, seperti bekerja, berolahraga, atau bersosialisasi.
- Dampak ke Produktivitas & Kesehatan Mental
Selain merusak ota, kecanduan pornografi dan onani juga bisa menghancurkan produktivitas dan kesehatan mental kita. Salah satu dampak yang paling sering terjadi adalah penurunan motivasi dan malas bekerja. Kenapa? Karena otak sudah terbiasa mendapatkan kepuasan instan dari pornografi, sehingga aktivitas lain terasa kurang menarik dan membosankan.
Banyak pecandu pornografi yang mengalami kesulitan fokus saat bekerja atau belajar, karena otak mereka sudah mengalami perubahan dalam sistem reward. Mereka menjadi lebih mudah terdistraksi, sering menunda pekerjaan, dan akhirnya merasa tidak produktif.
Selain itu, kecanduan pornografi juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi. Pecandu yang menyadari bahwa kebiasaan ini berdampak buruk sering kali mengalami perasaan bersalah setelah menonton pornografi atau melakukan onani, tetapi tetap mengulanginya lagi dan lagi. Siklus ini bisa menyebabkan stres berkepanjangan dan bahkan merusak kepercayaan diri.
Dampak lainnya adalah kesulitan dalam hubungan sosial. Banyak pecandu pornografi yang menjadi lebih tertutup dan enggan berinteraksi dengan orang lain. Mereka lebih nyaman berada di dunia maya daripada di dunia nyata, yang pada akhirnya bisa menyebabkan isolasi sosial dan kesepian.
Dalam jangka panjang, kecanduan ini bisa membuat seseorang kehilangan kualitas hidupnya. Mereka menjadi tidak termotivasi, tidak percaya diri, sulit menjalin hubungan, dan merasa hidupnya tidak berarti.
- Gangguan Seksual
Dampak berikutnya yang sangat serius dari kecanduan pornografi dan onani adalah gangguannya terhadap fungsi seksual pria. Sebetulnya onani tidak dapat menyebabkan impotensi secara langsung, tapi bisa saja timbul dampak-dampak tidak langsung yang kemudian dapat menyebabkan keluhan ini.
Salah satu kondisi yang paling umum terjadi adalah Porn-Induced Erectile Dysfunction (PIED), yaitu disfungsi ereksi akibat terlalu sering menonton pornografi. Ketika otak sudah terlalu sering menerima stimulasi dari pornografi, kita bisa kehilangan kemampuan untuk merespons rangsangan seksual di dunia nyata. Banyak pria yang mengalami kesulitan ereksi saat berhubungan dengan pasangan karena otak mereka hanya bisa terangsang oleh adegan pornografi yang tidak realistis. Selain itu, ekspektasi seksual yang tidak masuk akal juga bisa menyebabkan kekecewaan dalam hubungan, karena realita tidak pernah bisa menyamai adegan yang ada dalam film porno.
Selain PIED, kecanduan onani juga bisa menyebabkan Traumatic Masturbatory Syndrome (TMS) dan Death Grip Syndrome. TMS terjadi ketika seseorang terlalu sering melakukan onani dengan teknik yang tidak alami, sehingga membuatnya sulit mencapai orgasme saat berhubungan dengan pasangan. Sementara Death Grip Syndrome terjadi akibat kebiasaan menekan penis terlalu keras saat masturbasi, yang menyebabkan penurunan sensitivitas.
Dalam jangka panjang, pria yang kecanduan pornografi dan onani akan mengalami penurunan gairah seksual, sulit mempertahankan ereksi, dan tidak bisa menikmati hubungan intim dengan pasangan. Hal ini tidak hanya merusak hubungan, tetapi juga bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.