Untuk pertama kalinya saya melakukan pemeriksaan hormon testosteron pada diri saya sendiri di usia 30 tahunan ini tanpa pernah menggunakan suplemen testosteron apapun. Di artikel kali ini saya akan bercerita apa saja persiapan yang dilakukan sebelum tes, bagaimana mekanismenya, di mana saya mengecek, berapa biayanya, dan hasil lab testosteron saya. Saya juga akan membahas apakah saya akan konsumsi obat peningkat testosteron atau tidak.
Berhubung pekerjaan saya sebagai dokter spesialis andrologi, salah satu pemeriksaan yang paling sering saya lakukan ke pasien saya adalah hormon testosteron. Hal ini dikarenakan pada pasien-pasien yang datang ke saya, seringkali mereka datang dengan keluhan hormon testosteron yang rendah. Terkait apa saja tanda hormon testosteron rendah, saya sudah pernah membuat artikel yang membahas hal ini sebelumnya.
Secara teori, penurunan hormon testosteron paling sering terjadi di usia 40 tahun ke atas yang mengakibatkan penuaan. Pada dasarnya terdapat 3 tahapan proses penuaan, yang pertama adalah fase subklinis (usia 25-35 tahun) dimana tubuh kita mulai terjadi sedikit penurunan kinerja, namun hal ini umumnya belum menimbulkan keluhan sama sekali. Yang kedua adalah fase transisi (usia 35-45 tahun) yakni di mana tubuh kita mulai terjadi penurunan yang kemudian dapat menimbulkan beberapa gejala di tubuh. Terakhir adalah fase klinis (usia 45 tahun ke atas) saat di mana penurunan hormon terjadi begitu berat hingga mengakibatkan tubuh mengalami gejala-gejala kekurangan hormon.
Namun uniknya, berdasarkan pengalaman saya pribadi, saya beberapa kali menemui pria yang usianya masih kisaran 30 tahunan tetapi sudah mengalami gejala hormon rendah dan saat dilakukan pemeriksaan lab ditemukan kalau hormon testosteronnya sangat rendah sekali. Padahal seharusnya berdasarkan fase penuaan, ia masih di dalam kondisi subklinis, alias penurunan hormonnya sangat sedikit dan tidak menimbulkan gejala apapun.
Biasanya pria-pria yang usianya masih relatif muda tetapi hormon testosteronnya rendah tersebut, mereka memiliki sebuah pola kesamaan, yaitu pola hidup yang sangat tidak sehat. Sebut saja mereka mengalami kegemukan, tidak pernah berolahraga, kurang tidur, perokok berat, dan mengkonsumsi alkohol. Semakin tidak sehat pola hidup mereka, biasanya gangguan hormonnya semakin berat pula.
Hal ini kemudian membuat saya berpikir, kira-kira berapa ya kadar hormon testosteron di tubuh saya? Memang, untuk faktor risiko hormon rendah sendiri kalau pada diri saya pribadi sebetulnya tidak ada yang menonjol selain memang usia yang sudah menginjak kepala 3 di tahun ini. Sejauh ini. saya tidak ada gejala dan tanda untuk hormon rendah dan tidak pernah sama sekali mengkonsumsi suplemen peningkat hormon testosteron apapun.
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk memeriksa hormon testosteron saya di laboratorium sebagai screening. Saya akan membagikan pengalaman saya menjadi 3 tahapan, yang pertama persiapan dan mekanisme pemeriksaan, kedua tempat dan biaya pemeriksaan, dan ketiga hasil laboratorium dan interpretasinya.
- Persiapan dan mekanisme
Untuk persiapan pemeriksaan hormon testsoteron, yang harus dilakukan adalah puasa selama 12 jam (hanya boleh minum air putih saja) dan pengambilan sampel hormonnya dilakukan pada pagi hari antara jam 7-10 pagi.
Persiapan ini sangat penting karena jika kita tidak puasa atau pengambilan darah dilakukan terlalu siang, hasilnya mungkin tidak akurat. Hal ini dikarenakan hormon testosteron itu dipengaruhi beberapa hal, salah satunya jam pengambilan. Apabila diambil terlalu siang, hormon testosteronnya justru akan terlihat seolah-olah rendah.
Mekanisme pengambilan hormon testosteronnya sebetulnya ada beberapa cara, yaitu dengan cairan ludah dan pengambilan darah. Tetapi yang paling lumrah dilakukan adalah dengan mengambil darah di lengan sebanyak kira-kira 3 ml.
- Tempat dan biaya
Tempat pengambilan hormon testosteron bisa di mana saja asalkan tersedia fasilitas pemeriksaannya. Memang tidak semua rumah sakit dan laboratorium memiliki fasilitas pemeriksaan hormon testosteron ini. Idealnya, kita bisa mencari info dari dokter andrologi terdekat terkait tempat pemeriksaan hormon testosteron yang tersedia.
Berhubung saya tinggal di Banjarmasin, saya melakukan pengecekan di salah satu laboratorium yang bisa untuk melakukan pemeriksaan hormon testosteron, yaitu Lab Prodia Banjarmasin. Untuk di laboratorium tersebut, hasil pemeriksaannya memerlukan waktu 36 jam untuk bisa dikeluarkan. Sehingga, karena saya diambil darah pada pagi hari pukul 9, maka hasilnya baru bisa didapatkan besok siang sekitar jam 2.
Terkait biaya pemeriksaan, ini juga bervariasi antara tempat. Namun, berdasarkan pengalaman saya sekarang di tahun 2024, biaya pemeriksaan di tempat tersebut adalah sebesar Rp. 687.000 untuk hormon testosteron saja.
- Hasil lab dan interpretasi (apakah akan konsumsi suplemen, kapan cek lagi)
Sebelumnya saya ingin memberikan sedikit disclaimer terkait hal ini. Apa yang akan saya sampaikan di sini bukanlah sebuah saran medis untuk semua orang, karena ini saya diinterpretasikan berdasarkan kondisi tubuh saya saja. Sangat mungkin pada orang lain akan berbeda interpretasinya, sehingga saran saya jika ingin interpretasi terkait hormon lebih detail secara personal, bisa berkonsultasi dengan dokter andrologi terdekat.
Saya akan tampilkan, ini dia hasil laboratorium pemeriksaan testosteron saya:
Dari hasil ini, hormon testosteronnya itu masih masuk ke dalam nilai yang normal. Lalu setelah mendapatkan hasil tersebut, apakah saya akan mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan hormon testosteron? Jawabannya adalah tidak sama sekali.
Alasannya ada tiga: pertama, saya tidak ada gejala hormon rendah; kedua, tidak ada indikasi apa pun untuk meningkatkan hormon testosteron saya; dan ketiga, saya cukup melakukan pola hidup sehat yang terbukti secara ilmiah untuk menjaga dan meningkatkan hormon testosteron saya secara alami. Terkait bagaimana cara pola hidup sehat untuk meningkatkan hormon testosteron secara alami ini, akan saya bahas di lain kesempatan.
Baik, itu tadi adalah pembahasan mengenai pengalaman saya melakukan pemeriksaan hormon testosteron. Jika Anda ingin untuk memeriksakan hormon testosteron, saran saya bisa dipertimbangkan. Tentu yang paling baik adalah untuk berkonsultasi dengan dokter andrologi juga, agar bisa dilakukan pemeriksaan, interpretasi hasil, dan saran penanganan yang tepat terkait apakah kita perlu mendapatkan terapi penambahan hormon atau tidak.
Saya sangat tidak menganjurkan untuk melakukan terapi hormon testosteron secara sembarangan, karena tentunya hal tersebut bisa menimbulkan berbagai efek samping berbahaya jika dilakukan dengan tidak tepat.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And