Mantan Transgender Impoten, Masih Bisa Sembuh?

Seorang pria transseksual yang pernah menjalani terapi hormon agar berpenampilan seperti wanita, kini memutuskan kembali menjadi pria dan ingin menikah dengan seorang wanita. Pertanyaannya: apakah masih mungkin baginya untuk memiliki anak dan menjalani hubungan seksual secara normal?

Pertanyaan ini datang dari seorang penonton melalui email yang bernada sangat jujur dan menyentuh. Dalam tulisan ini, kita akan membahas fenomena transseksual, dampaknya terhadap kesuburan dan fungsi seksual pria, serta kemungkinan untuk memulihkan kembali fungsi-fungsi tersebut secara medis.

Intro cta email

Halo dok .. saya ijin tanya

 saya pria (sebut saja joni) umur 28 tahun

Saya ada rencana menikah .. tapi saya ada ketakutan .. takut bikin istri saya kelak kecewa sama saya ..  

Saya sudah beberapa tahun pakai anti androgen dan suntik estrogen … Karna ada hasrat ingin jadi wanita sebelumnya 

Saya jujur sekarang pengen sekali nikah dan pengen punya anak .. tapi karna saya sudah beberapa tahun konsumsi obat tersebut .. jadi saya sudah tidak biza ereksi dan bahkan keluar air mani juga tidak biza

Pertanyaannya apakah saya masih bisa balik subur ?

Saya konsumsi obat kurang lebih dari 2015 putus nyambung ..  dan sudah 2 tahun rutin

Maaf kalau kepanjangan … Trrimakasih

Sebelum menjawab pertanyaannya, kita perlu memahami istilah transgender dan transseksual secara tepat. Transgender adalah individu yang identitas gendernya berbeda dengan jenis kelamin biologis saat lahir. Dalam kasus Joni, ia dilahirkan sebagai laki-laki, namun pada satu masa dalam hidupnya merasa bahwa identitas dirinya adalah perempuan.

Transseksual adalah bentuk lanjut dari transgender, di mana individu tersebut tidak hanya merasa berbeda secara gender, tetapi juga mengambil langkah medis seperti terapi hormon atau bahkan operasi untuk mengubah penampilan fisik sesuai identitas gender yang diinginkan. Dalam hal ini, Joni termasuk transseksual karena ia menjalani suntikan hormon estrogen dan obat penekan testosteron (antiandrogen).

Hormon-hormon tersebut bekerja dengan cara menekan produksi testosteron dalam tubuh pria. Testosteron adalah hormon yang sangat penting bagi pria, karena berperan dalam:

  • Produksi sperma

  • Kemampuan ereksi

  • Fungsi seksual dan gairah

  • Kesuburan secara keseluruhan

Jika terapi hormon dijalankan dalam jangka panjang dan intensitas tinggi, maka dampaknya bisa serius terhadap sistem reproduksi dan seksual pria.

Jawabannya: mungkin, tapi tidak bisa dijamin. Peluangnya tergantung pada beberapa faktor penting, seperti:

  • Apakah testis masih aktif atau sudah mengalami kerusakan permanen (atrofi)

  • Apakah sel-sel spermatogenik (pembentuk sperma) masih hidup

  • Seberapa tinggi dosis dan berapa lama terapi hormon dilakukan

  • Apakah saluran sperma (vas deferens) masih berfungsi normal

Dalam kasus Pak Joni, tampaknya kerusakan yang terjadi cukup berat. Ia tidak bisa ereksi dan tidak mengalami ejakulasi sama sekali, yang bisa mengindikasikan bahwa pengaruh hormon sebelumnya masih cukup kuat walaupun ia sudah berhenti menggunakan obat.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya, dokter andrologi akan melakukan serangkaian pemeriksaan medis seperti:

  • Pemeriksaan kadar hormon testosteron

  • Pemeriksaan ukuran testis dan panjang penis

  • Analisis sperma di laboratorium

Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa testis sudah sangat kecil dan produksi sperma sangat rendah atau bahkan nihil, maka kemungkinan untuk memiliki anak secara alami menjadi sangat kecil. Namun bukan berarti tidak ada harapan.

Kalau masih ada sel sperma yang tersisa di dalam testis, beberapa terapi bisa dilakukan untuk merangsang kembali fungsi seksual dan kesuburan. Dokter mungkin akan memberikan terapi pengganti hormon atau pengobatan lain untuk merangsang produksi testosteron. Terapi ini memerlukan waktu dan pemantauan rutin.

Kalau fungsi seksual belum juga membaik, maka bisa dipertimbangkan penggunaan teknologi kehamilan berbantu, seperti program bayi tabung (IVF). Jika tidak ditemukan sperma dalam air mani, bisa juga dilakukan prosedur TESA atau mikro-TESE, yaitu teknik mengambil sperma langsung dari jaringan testis.

Di luar urusan medis, ada hal yang tidak kalah penting: kesiapan mental dan orientasi seksual. Kita harus jujur kepada diri sendiri—apakah keinginan untuk menikah ini muncul dari ketertarikan tulus kepada lawan jenis, atau hanya karena tekanan sosial dan keinginan untuk ‘terlihat normal’?

Dalam praktik saya, saya pernah menangani kasus yang disebut lavender marriage—pernikahan antara pria dan wanita yang dilakukan untuk menyembunyikan orientasi homoseksual salah satu pihak. Dalam kasus seperti ini, biasanya yang menjadi korban adalah pasangan yang sebenarnya heteroseksual. Mereka merasa tidak dicintai, tidak diinginkan secara seksual, dan bahkan merasa tertipu. Ini bisa menimbulkan trauma emosional yang serius.

Kalau dalam hati masih ada keraguan atau belum benar-benar selesai dengan pergolakan batin, saya sarankan jangan terburu-buru menikah. Konsultasikan dulu dengan psikolog atau psikiater, atau bisa juga ke dokter andrologi untuk membicarakan semuanya secara profesional dan terbuka.

Kalau kamu sudah yakin sepenuhnya ingin menjadi suami dan ayah, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah: kejujuran. Tapi bukan berarti harus langsung buka-bukaan saat awal perkenalan. Tunggu sampai ada rasa saling percaya dan komitmen yang mulai tumbuh. Ketika waktunya tepat, sampaikan kisah masa lalu dengan jujur, perlahan, dan penuh kasih. Jangan sampai menyembunyikan hal besar yang bisa menjadi bom waktu di masa depan.

Masa lalu tidak menentukan masa depan kita. Yang menentukan adalah apa yang kita pilih dan perjuangkan hari ini. Kalau kamu pernah menjalani fase yang berbeda, bukan berarti kamu tidak layak bahagia atau tidak bisa berubah. Asalkan kamu jujur, terbuka, dan mau menjalani proses pemulihan dengan sungguh-sungguh, masih ada harapan besar untuk memiliki hubungan yang sehat, penuh cinta, dan bahkan keturunan.

Artikel ini telah direview oleh:

dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top