Sedang ramai diberita mengenai kasus 3 anak SD yang melakukan pemerkosaan terhadap seorang anak TK. Di mana berdasarkan berita, didapatkan bahwa anak-anak tersebut telah melakukan aksinya hingga 5 kali di rumah kosong.
Secara garis besar, gairah seksual pada pria memang dipengaruhi oleh hormon testosterone, di mana ia akan mulai meningkat pada usia pubertas (antara 10-14 tahun). Memang bisa saja ada terjadi kemungkinan di mana pada anak-anak terjadi kelainan pubertas yang lebih awal sehingga dapat terjadi gejolak hormon lebih awal, namun untuk memastikan hal ini perlu pemeriksaan lebih lanjut dan relatif jarang.
Anggaplah di kasus ini anak-anak tersebut memang belum mengalami pubertas (mengingat kisaran usianya adalah 7-8 tahun), lantas mengapa ia bisa melakukan hal tidak bermoral tersebut? Jawabanya adalah besar kemungkinan disebabkan karena pengaruh lingkungan, seperti menonton film porno.
Berhubung anak-anak seringkali meniru apa yang ia saksikan, maka hal inilah yang bisa membuat anak-anak tersebut melakukan hal tidak senonoh itu. Hal ini juga diperparah karena minimnya pengawasan dari orang tua dan lingkungan juga edukasi seksual yang tidak adekuat, sehingga mereka akhirnya tergoda melakukannya.
Terlebih lagi, ereksi sendiri sudah muncul jauh sebelum anak mengalami pubertas, dan itu hal yang normal. Pada usia 7 tahun, panjang penis anak mencapai 5 cm sehingga bisa saja ada kemungkinan dapat merobek selaput dara saat ereksi. Selain itu robekan juga bisa terjadi jika dilakukan penetrasi menggunakan jari. Inilah mengapa pada hasil visum kemudian ditemukan luka di kelamin korban. Tentu hal ini dapat berdampak buruk bagi korban, terutama bagi kesehatan psikisnya karena dapat menyebabkan trauma mendalam. Bukan tidak mungkin korban menjadi ketakutan terhadap laki-laki karena pengalaman ini.
Solusi terbaik dari permasalahan ini tentu adalah pengawasan dan pemberian edukasi seksual terhadap sesuai dengan usia perkembangannya. Sudah tidak dipungkiri lagi, teknologi terus berkembang sehingga anak-anak menjadi semakin mudah terpapar lebih awal dengan konten-konten pornografi. Itulah mengapa perlu disiapkan barrier yang kuat pada diri anak untuk membuat mereka memahami dan tersadar mengenai sistem reproduksi mereka dan privasi terhadap organ tersebut.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And