Kita akan membahas secara mendalam apa perbedaan antara terapi testosteron alias TRT dan penggunaan steroid. Hati-hati karena satu bisa menimbulkan manfaat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh, tetapi satu lagi bisa menyebabkan bahaya besar jika digunakan secara sembarangan. Di akhir artikel ini kita akan memahami secara utuh mana yang aman dan mana yang perlu dihindari.
Pekerjaan saya sebagai seorang dokter spesialis andrologi, salah satu hal yang sering saya kerjakan itu adalah pemberian terapi hormon testosteron alias testosterone replacemen therapy (TRT) ke pasien-pasien yang membutuhkan. Memang kendalanya, tidak semua orang memahami apa itu TRT dan manfaat yang didapat dari prosedur tersebut.
Tidak jarang ada pula yang masih khawatir dengan tindakan TRT karena merasa ini sama seperti pada orang-orang yang menggunakan steroid secara sembarangan. Padahal sebetulnya, antara tindakan TRT dan penyalahgunaan steroid adalah 2 hal yang sangat berbeda sekali. Kita akan membahas lebih lanjut ya, apa saja perbedaannya secara mendalam.
- Definisi
Testosteron adalah hormon utama pria yang sebagian besar diproduksi di testis. Ia memiliki peran penting dalam tubuh, termasuk dalam fungsi seksual, produksi sperma, pembentukan otot, kekuatan tulang, hingga pembentukan sel darah merah. Hormon ini sudah ada di tubuh kita sejak kita masih di dalam kandungan dan sangat krusial dalam proses pembentukan organ reproduksi pria.
Pada pria usia 40 tahun ke atas, kadar testosteron di tubuh biasanya mulai menurun secara perlahan, dan hal ini bisa menyebabkan gejala seperti gangguan ereksi, penurunan gairah, kelelahan, hingga gangguan suasana hati. Jika ditemukan adanya penurunan kadar testosteron yang signifikan disertai keluhan, maka kondisi ini disebut andropause atau late-onset hypogonadism. Untuk mengatasinya, dokter andrologi akan memberikan terapi pengganti
Sementara itu, steroid secara umum adalah struktur kimia yang terdiri dari empat cincin atom karbon. Dalam dunia medis, steroid terbagi menjadi dua jenis utama: kortikosteroid dan anabolic androgenic steroid (AAS). Kortikosteroid ini meniru hormon kortisol yang tujuannya untuk melawan proses peradangan di tubuh. Sementara AAS adalah sebuah golongan obat yang strukturnya mirip dengan testosteron, sehingga ia mampu berikatan dengan reseptor androgen untuk meningkatkan hormon testosteron.
Sesuai namanya AAS memiliki 2 peran, yakni anabolisme yang artinya meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga terjadi perkembangan otot, dan androgen yang artinya akan memperbaiki fungsi pria seperti fungsi seksual. Di sinilah yang kemudian sering disalahgunakan pada beberapa oknum, mereka menggunakan obat-obatan AAS ini dengan tujuan untuk memperbesar ototnya secara lebih cepat.
- Tujuan Terapi
TRT adalah prosedur medis resmi yang bertujuan mengembalikan kadar testosteron pria ke nilai normal. Ini diberikan hanya pada mereka yang terbukti mengalami defisiensi hormon dengan gejala klinis yang sesuai. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan gejala akibat hormon rendah dan memperbaiki kualitas hidup pasien secara menyeluruh, baik secara fisik maupun mental.
Sementara pada penyalahgunaan AAS, ini bukan merupakan sebuah prosedur medis resmi. Itulah mengapa banyak dikerjakan secara diam-diam oleh orang-orang di dunia underground terutama yang bergelut di bidang fitness. Tujuan penyalahgunaan ini adalah untuk meningkatkan testosteron di atas nilai normal sehingga dapat mempercepat pembentukan massa otot dan performa fisik. Di dunia kompetisi olahraga resmi sendiri, penggunaan AAS ini dilarang dan dikenal dengan istilah penggunaan doping.
- Jenis Obat yang digunakan
Pada terapi TRT, obat yang digunakan adalah testosteron sintetis yang dimodifikasi dengan ester agar bertahan lebih lama di tubuh. Beberapa jenis testosteron yang umum digunakan di antaranya adalah testosteron enanthate, cypionate, undecanoate, dan campuran testosteron. Masing-masing memiliki waktu paruh yang berbeda, sehingga jadwal penyuntikannya pun bervariasi.
Selain injeksi, TRT juga bisa diberikan dalam bentuk gel oles harian yang diserap melalui kulit. Formulasi ini biasanya mengandung testosteron murni yang harus digunakan secara konsisten setiap hari karena tidak bertahan lama di tubuh.
Sementara itu, pada penyalahgunaan AAS, yang digunakan biasanya adalah turunan testosteron yang sudah dimodifikasi secara kimia untuk meningkatkan efek anabolik. Contoh zat-zat ini antara lain trenbolone, nandrolone, dan stanozolol. Obat-obat ini cenderung lebih kuat dan cepat memberikan efek pembentukan otot, tetapi juga lebih berisiko bagi kesehatan.
- Dosis Obat
Pada TRT, dosis disesuaikan berdasarkan kadar hormon dan kebutuhan masing-masing pasien. Tujuannya bukan untuk membuat testosteron melonjak tinggi, melainkan mengembalikannya ke rentang normal yang aman. Jika kadar terlalu tinggi, dosis akan diturunkan agar tidak menimbulkan efek samping.
Tetapi pada penyalahgunaan AAS mereka menggunakan dosis tinggi agar fungsi pembesaran otot lebih cepat. Bahkan obat-obat TRT pun juga bisa digunakan sebagai penyalahgunaan AAS, di mana mereka akan menggunakan dosis 5-20x lipat lebih tinggi dari dosis normal. Sebagai contoh, ada obat TRT yang dosis normalnya adalah 3 minggu sekali, pada orang-orang yang ingin memperbesar otot mereka menggunakannya menjadi setiap 3 hari sekali.
Bukan berarti karena dosis lebih tinggi ini berarti akan lebih baik. Karena kita harus ingat bahwa hormon ini memiliki rentang nilai normal. Jika nilainya sangat tinggi di tubuh dalam jangka panjang, maka ini dapat menimbulkan bahaya di tubuh. Itulah mengapa pada orang-orang penyalahguna AAS ini biasanya mereka akan terdapat gejala di tubuhnya, seperti gangguan mood, ereksi, kesuburan, pengecilan buah zakar, hingga pembesaran payudara.
Tidak jarang mereka akhirnya menjadi semacam kecanduan, sehingga berketergantungan dengan dosis tinggi dan ketika ingin menguranginya justru menjadi kesulitan. Akibatnya mereka menjadi tidak stabil dan merasa tidak sehat dalam jangka panjang.
- Prosedur Penggunaan
TRT adalah tindakan medis yang legal dan dilakukan oleh dokter yang terlatih, seperti dokter andrologi. Sebelum memulai terapi, akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh termasuk kadar testosteron, fungsi hati, profil lipid, hingga evaluasi gejala pasien. Pemantauan juga dilakukan selama terapi untuk mencegah efek samping dan memastikan efektivitas pengobatan.
Pada penyalahgunaan AAS dia sering dilakukan oleh orang-orang yang bahkan tidak memiliki kompetensi kesehatan. Saya sendiri sebagai dokter andrologi tidak pernah mendukung apalagi melakukan penyalahgunaan AAS seperti pada orang-orang sehat yang ingin memperbesar ototnya.
Justru yang terjadi, biasanya pada orang-orang dengan riwayat penggunaan AAS, mereka akan datang mencari pertolongan ke dokter andrologi untuk bisa mengurangi penggunaannya setelah mereka merasakan timbul gejala di tubuh. Salah satu yang paling sering saya temui, mereka datang karena keluhan gangguan ereksi dan gairah rendah, hingga kualitas sperma yang bermasalah
Baik, itu tadi adalah penjelasan lengkap mengenai perbedaan antara TRT dan penyalahgunaan AAS. Semoga penjelasan ini bisa membantu kalian untuk lebih bijak dalam menjaga kesehatan hormonal. Kalau kalian merasa memiliki gejala penurunan hormon testosteron, seperti penurunan gairah seksual, kelelahan kronis, dan gangguan ereksi, sebaiknya konsultasikan ke dokter andrologi agar bisa mendapatkan terapi yang tepat dan aman. Jangan sampai keinginan memiliki tubuh ideal malah berujung pada kerusakan kesehatan jangka panjang.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And