Untuk bapak-bapak yang sudah menginjakkan lanjut usia kisaran 60-an, mungkin sebagian besar ada yang merasakan fungsi seksualnya terdapat penurunan, seperti ereksi yang kurang optimal dan gairah seks yang terkadang menurun. Di artikel kali ini kita akan membahas bagaimana solusi terbaik agar dapat mengoptimalkan ereksi dan fungsi seksual di usia lanjut.
Secara data menunjukkan kalau gangguan penyakit berupa disfungsi ereksi alias impotensi itu semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia. Pada pria berusia 40 tahun, 40%nya mengalami disfungsi ereksi. Sementara pada usia 70 tahun, hampir 70% mengalami disfungsi ereksi.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah, pada usia-usia yang semakin lanjut, tingkat derajat gangguan disfungsi ereksinya itu semakin berat. Hal ini menunjukkan kalau pada usia lanjut kejadian ereksi cukup sering dan bahkan terkena pada stadium yang cukup berat, sehingga bukan tidak mungkin penisnya mengalami kesulitan untuk bisa membesar sama sekali.
Adapun yang menyebabkan gangguan ini sering terjadi pada usia lanjut dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya ada penurunan hormon pria yang bernama testosteron. Hormon testosteron ini ibaratnya adalah seperti bahan bakar untuk fungsi seksual pria. Bayangkan jika mobil kehabisan bahan bakar, maka mau kita injak gas sekuat apa-pun tentu ia tidak akan berjalan. Sama halnya pada seorang pria, jika hormon testosteronnya itu rendah, maka yang terjadi mau diberikan rangsangan sedemikian rupa atau mengonsumsi obat ereksi, tubuhnya akan tetap sulit agar bisa terjadi ereksi dan fungsi seksual yang optimal.
Selain itu juga ada beberapa penyakit-penyakit lainnya yang juga sering mengakibatkan gangguan ereksi pada pria usia lanjut. Antara lain permasalahan pembuluh darah, saraf, dan otot yang berperan dalam ereksi penis. Misalkan saja, seorang pria usia lanjut ia memiliki penyakit gula tinggi yang kemudian merusak pembuluh darah dan persarafan di daerah penis, ditambah lagi otot-otot didaerah panggulnya semakin mengecil karena jarang dilatih. Yang terjadi adalah penis akan semakin sulit untuk ereksi.
Lantas bagaimana solusi untuk pria usia lanjut yang mengalami gangguan ereksi ini? Kali ini saya akan membahas 7 langkah yang perlu dilakukan seorang pria lanjut usia agar ereksinya bisa membaik kembali.
- Check up berkala
Pada pria yang sudah menginjakkan usia lanjut usia, sangat disarankan untuk memeriksakan diri secara berkala. Seminimal-minimalnya, jika tidak ada kondisi penyulit bisa dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun. Jika memang memiliki penyakit yang diderita seperti diabetes, kolesterol, dan darah tinggi, pemeriksaan yang rutin dilakukan harus dilakukan secara lebih berkala antara setiap 3 bulan sekali atau bahkan 1 bulan sekali jika kondisinya masih belum terkontrol.
Untuk check up ini bisa dilakukan di rumah sakit dan laboratorium terdekat. Biasanya dari mereka sudah menyediakan paket medical check up tersendiri yang bisa dilakukan. Adapun saran saya, hal yang penting untuk diperiksa antara lain tekanan darah, gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah makan, hba1c, asam urat, dan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida).
Hal ini penting dikarenakan salah satu penyebab disfungsi ereksi tersering pada usia lanjut adalah adanya penyakit di tubuh seorang pria. Pengalaman saya yang paling sering saya temui adalah adanya penyakit seperti diabetes, kolesterol, dan darah tinggi.
Jika memang sudah diketahui memiliki penyakit tersebut, maka langkah selanjutnya yang paling penting adalah mendapatkan pengobatan untuk penyakit tersebut. Karena fungsi ereksi akan semakin buruk dan sulit diperbaiki jika penyakit tersebut tidak terkontrol. Sehingga baiknya seorang pria harus rutin periksa ke dokter dan meminum obat penyakitnya secara berkala.
Apabila memang ingin penyembuhan ereksinya lebih optimal, maka syarat yang harus dipenuhi itu adalah menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik. Apabila gula, kolesterol, asam urat seorang pria itu normal, maka fungsi seksualnya juga akan ikut membaik.
Di samping itu kita harus tahu juga, apakah diri kita masih diperbolehkan untuk berhubungan seksual atau tidak. Karena pada pria lansia dengan kondisi penyakit yang berat, sebagai contoh ia mudah sesak saat beraktivitas ringan dikarenakan ada penyakit jantung, maka sebetulnya untuk hubungan seksual kurang dianjurkan. Hal ini karena hubungan seksual akan memacu kerja jantung dan tubuh, dan dikhawatirkan dapat membuat kondisi sesaknya semakin parah.
Cara termudah untuk tahu apakah tubuh kita masih bisa dan aman untuk berhubungan seksual atau tidak adalah, apabila seorang pria masih mampu berjalan kira-kira 1.5 kilometer juga naik turun tangga secara cepat tanpa ada keluhan sesak, maka hal ini masih relatif aman. Tentu jika ingin tahu lebih akurat, kita bisa melakukan serangkaian yang dapat dilakukan di rumah sakit untuk bisa mengevaluasi kemampuan kinerja jantung kita, seperti melakukan tes yang dilakukan menggunakan treadmill.
- Evaluasi obat yang diminum
Ada beberapa obat yang diketahui memiliki efek samping kurang baik ke fungsi seksual pria, salah satunya dapat menimbulkan gejala penurunan kekerasan ereksi dan penurunan gairah seksual.
Sebagai contoh ada sebagian jenis obat untuk kejiwaan, darah tinggi, prostat, dan lambung yang memiliki efek samping tersebut. Tetapi, yang harus digarisbawahi, bukan berarti artinya jika kita sedang mengonsumsi obat tersebut maka kita harus berhenti menggunakannya. Justru hal ini dapat menyebabkan gangguan yang buruk jika dilakukan, karena akan mengakibatkan penyakit di tubuh menjadi semakin tidak terkontrol.
Yang harus dilakukan adalah bisa berkonsultasi dengan dokter andrologi atau dokter yang memberikan obat-obatan tersebut, mengenai apakah obat yang diberikan ada memiliki efek samping ke penurunan fungsi seksual. Jika memang ada, biasanya obat-obatan tersebut akan diganti ke jenis lain yang lebih aman untuk fungsi ereksi.
Kita ambil contoh sederhana, obat darah tinggi itu ada beberapa jenis golongan berdasarkan cara kerjanya. Ada jenis golongan tertentu yang memiliki efek samping ke penurunan fungsi seksual, tetapi adapula golongan obat darah tinggi lain yang justru memberikan efek baik sehingga membuat ereksinya lebih baik.
- Aktivitas fisik dan olahraga
Aktivitas fisik yang rutin dilakukan itu sangat bagus sekali untuk menjaga kesehatan tubuh, aliran darah, dan hormon testosteron pria sehingga membantu fungsi ereksi lebih baik. Tapi yang harus diperhatikan juga adalah pilih olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh kita.
Semisal jika kita memiliki penyakit sendi lutut terasa nyeri atau penyakit jantung maka sebaiknya hindari olahraga berat seperti lari atau mengangkat beban-beban yang terlalu berat. Contoh aktivitas fisik yang bisa dipertimbangkan dan baik untuk pria lanjut usia adalah seperti jalan cepat, berenang, dan senam. Durasi aktivitas fisik yang baik itu adalah 150 menit/minggu, dan ini bisa dibagi misalkan 30-45 menit setiap 2 hari sekali. Saran saya apabila memang memiliki penyakit di tubuh, coba konsultasikan diri dengan dokter yang merawat untuk bisa mengetahui apa olahraga yang bisa dilakukan dan aman bagi kita.
Di samping itu, pada usia lanjut sering terjadi otot yang semakin mengecil dikarenakan faktor usia. Bukan hanya otot-otot rangka saja, tetapi juga otot yang berperan pada fungsi ereksi dan ejakulasi. Alhasil karena otot yang berperan di fungsi seksual ini ia mengecil, maka yang terjadi tentunya fungsi ereksi juga ejakulasi menjadi terhambat.
Lalu bagaimana solusinya agar otot-otot tersebut tetap terjaga baik fungsi dan massa-nya? Jawabannya adalah dengan melatih dan menggunakan otot tersebut. Kalau kita ingin menjaga otot di lengan, maka kita harus melatih otot tersebut dengan mengangkat beban yang menggunakan otot pada daerah itu. Begitu pula untuk menjaga otot di fungsi ereksi juga ejakulasi, kita harus sering-sering melatihnya secara berkala.
Salah satu latihan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan senam otot dasar panggul, salah satu yang cukup terkenal itu adalah senam kegel. Senam kegel ini dilakukan dengan cara melakukan sensasi seperti menahan kencing dan menahan kentut yang diulang sebanyak 5x dalam 3 set. Idealnya perlu dilakukan rutin setiap hari, sekurang-kurangnya selama 3 bulan.
- Hindari rokok dan alkohol
Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan pria dan berdampak buruk ke fungsi ereksi adalah penggunaan rokok dan alkohol. Salah satu yang cukup sering sekali digunakan oleh orang Indonesia tentu adalah rokok.
Mungkin beberapa ada yang beranggapan, “saya sudah merokok sejak masih SMA hingga usia 60 tahun, sebelumnya ereksi saya aman-aman saja tanpa ada masalah. Berarti ini bukan karena rokok penyebabnya.”
Tetapi yang harus diketahui efek penggunaan rokok terhadap gangguan fungsi ereksi itu timbul dalam jangka panjang. Betul, dahulu sudah menggunakan rokok tanpa ada masalah, tetapi ketahuilah besar kemungkinan gangguan ereksi yang sekarang itu adalah akumulasi dari penggunaan rokok sejak lama.
Hal ini dikarenakan penggunaan rokok itu dapat merusak pembuluh darah di penis, sehingga ia akan menyebabkan gangguan aliran darah di penis yang diperlukan saat mengalami ereksi. Oleh karena itu saya sangat menganjurkan untuk mengurangi penggunaan rokok dan alkohol jika terjadi gangguan ereksi.
- Makanan dan minuman
Pada prinsipnya makanan dan minuman ini juga membantu kondisi tubuh kita agar lebih sehat. Adapun makanan yang diketahui memiliki manfaat baik untuk ereksi, secara umum adalah tipikal makanan segar, seperti sayur, buah, daging, dan kacang-kacangan.
Untuk makanan siap saji seperti yang dalam kaleng atau kemasan kardus itu lebih baik untuk dihindari karena nutrisinya lebih minim dan rentan akan bahan pengawet. Sekarang secara khusus, rekomendasi makanan yang diketahui baik untuk mengoptimalkan ereksi adalah sebagai berikut: sayur hijau, alpukat, semangka, gandum, kopi, dan ikan.
Idealnya tentu kita harus tahu terlebih dahulu, apakah tubuh kita memiliki kondisi penyulit dan penyakit apa saja. Apabila memang tubuh kita memiliki penyakit diabetes, maka tentu asupan gulanya baik dari minuman bersoda atau makanan yang tinggi karbohidrat harus dikurangi.
Begitu pula kalau ternyata kita memiliki penyakit kolesterol tinggi, makanan-makanan yang berminyak dan santan itu yang sebaiknya perlu dilakukan pembatasan. Tujuannya adalah untuk menjaga kesehatan dan fungsi dari pembuluh darah di penis. Sehingga apabila gula dan kolestrolnya semakin terkontrol, maka fungsi ereksi akan ikut membaik pula.
- Hindari penggunaan obat herbal dan sembarangan
Ini sangat penting untuk diperhatikan ya. Perlu untuk diketahui pada usia lanjut, tentunya tubuh lebih rentan dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Memang tidak dapat dipungkiri ada banyak sekali produk herbal seperti jamu, pil, permen, hingga coklat, yang dijual bebas dan mengklaim isinya adalah bahan alami herbal tanpa ada campuran bahan kimia ereksi.
Tetapi yang perlu diketahui, produk herbal itu tidak mungkin bisa memperbaiki ereksi secara instan. Karena peran herbal ke ereksi itu sangat memerlukan waktu dan tidak bisa dengan cukup sekali minum. Adapun yang sering terjadi, produk-produk herbal itu sering dicampur dengan bahan kimia obat ereksi secara ilegal, dan bukan tidak mungkin dosisnya terlalu tinggi dan ada campuran-campuran obat lain yang sebetulnya berbahaya pada pria lanjut usia.
Ini yang bisa menjelaskan, kenapa sih pernah ada berita seseorang ditemukan tidak bernyawa setelah mengonsumsi produk herbal kuat. Selain karena mungkin pria tersebut ada riwayat penyakit yang membuatnya tidak boleh untuk berhubungan seksual, ia juga memaksakan diri meminum produk tanpa pengawasan dokter yang mengakibatkan tubuhnya terlalu bekerja keras.
- Memeriksakan diri ke dokter andrologi
Ketika terjadi gangguan ereksi maka ini menunjukkan adanya permasalahan di tubuh seorang pria, dan ia membutuhkan identifikasi juga penanganan yang sesuai. Tentu agar bisa mengobatinya, harus dicari tahu dahulu apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan ereksi tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memeriksakan diri ke dokter andrologi terdekat.
Seorang dokter andrologi saat menemui kasus seorang pria yang mengalami gangguan ereksi, yang pertama dilakukan itu adalah akan dilakukan sesi wawancara atau pertanyaan secara lisan guna menggali data keluhan dan riwayat penyakit. Setelah dilakukan sesi wawancara tersebut, ia akan dilanjutkan dengan pemeriksan pada organ reproduksi pria, terutama penis dan buah zakar, untuk mengecek apakah ada kelainan pada organ tersebut yang kemudian dapat menyebabkan gangguan ereksi.
Terakhir, salah satu pemeriksaan yang biasanya akan dianjurkan lagi, itu adalah pemeriksaan laboratorium. Ada beberapa komponen darah yang dicek sesuai dengan kebutuhan seseorang. Biasanya kalau seorang pria tersebut sebelumnya tidak pernah check up, maka pemeriksaannya akan lebih lengkap untuk mencari tahu apakah ada penyakit lain yang dapat memperberat ereksi.
Salah satu pemeriksaan yang pasti akan dicek, itu adalah pemeriksaan hormon testosteron. Karena hormon testosteron ini adalah salah satu hormon terpenting yang berperan dalam fungsi seksual pria. Pada pria usia lanjut, hormon testosteron ini sering terjadi penurunan sehingga menyebabkan gangguan seksual. Jika pada perempuan usia lanjut ada istilah bernama menopause, maka pada pria sebetulnya ada kondisi penyakit serupa yang disebut sebagai late onset hipogonadisme atau salah satu istilah awam yang sering digunakan adalah andropause.
Untuk pengecekan hormon ini, saya sangat menganjurkan agar menemui dokter andrologi terlebih dahulu, sehingga bisa mendapatkan rujukan dan rekomendasi tempat laboratorium yang memang bisa dan akurat untuk memeriksakan hormon testosteron. Selain itu biasanya akan ada pemeriksaan komponen darah lainnya pula, sehingga saran saya agar tidak bolak-balik diambil darah, baiknya berkonsultasi terlebih dahulu.
Saat semua data sudah lengkap, mulai dari wawancara, pemeriksaan organ reproduksi, hingga laboratorium, maka biasanya seorang dokter andrologi dapat menemukan penyebab gangguan ereksi pada pria tersebut dan bisa memberikan terapi sesuai kebutuhan.
Terapinya ini biasanya akan diberikan penambahan hormon testosteron jika memang kurang, dan pemberian terapi untuk memperbaiki ereksi, salah satunya ada yang dalam bentuk obat di minum. Yang sering menjadi kekhawatiran bagi para pria lansia adalah apakah aman untuk mendapatkan terapi hormon dan obat ereksi? Jawabannya adalah selama pemberiannya dilakukan oleh dokter andrologi dan diawasi secara berkala, seharusnya pemberian terapi ini aman dan minim efek samping yang serius.
Karena pada prinsipnya sebelum memberikan terapi dokter andrologi pasti akan mengecek dahulu pada pasien tersebut apakah ada kondisi penyulit yang membuat pasien tersebut tidak boleh mendapatkan terapi-terapi yang telah disebutkan. Sebagai contoh, misal ternyata dari pemeriksaan ditemukan kalau pada pria lansia itu ada kanker prostat, maka ia tidak dapat mendapatkan terapi penyuntikan hormon testosteron demi kesehatan pria tersebut. Karena memang pemberian hormon ini tidak boleh dilakukan pada pria dengan kanker prostat.
Baik itu tadi adalah pembahasan solusi agar seorang pria lansia dapat memiliki kualitas ereksi yang baik. Diharapkan semua poin yang telah saya bagikan tadi bisa bermanfaat dan dapat diterapkan secara jangka panjang.
Yang harus diingat kembali, saran saya jangan membiarkan kondisi gangguan ereksi ini secara berkepanjangan. Karena apabila dibiarkan semakin lama, maka yang terjadi kerusakan jaringan di penisnya semakin berat, dan penanganannya pun menjadi jauh lebih kompleks. Apabila gangguan ereksi ini ditangani semakin dini, maka perbaikannya akan lebih baik pula.