Penyebab Pria Suka Menonton Pornografi

Fenomena pria yang lebih menikmati nonton bokep dan masturbasi dibanding berhubungan seksual dengan pasangan ternyata semakin banyak terjadi. Bahkan, tidak sedikit insan colikiawan yang mulai merasa menikah atau punya pasangan tidak terlalu penting, karena fantasi seksual mereka sudah “terpenuhi” hanya dengan menonton bokep dan bersolo karir.

Ada beberapa penyebab utama tren ini semakin meningkat. Salah satunya adalah kemudahan akses internet yang memungkinkan siapa saja menonton konten dewasa kapan saja dan di mana saja. Bokep dianggap lebih praktis, bebas drama, tidak perlu usaha membahagiakan pasangan, dan bisa langsung loncat ke adegan favorit tanpa basa-basi. Ditambah lagi, variasi genre dan fantasi yang disajikan sangat luas, sehingga rasa penasaran terus dipicu, membuat penontonnya semakin ketagihan.

Memang, jika dilihat dari sisi kesehatan fisik, masturbasi dan nonton bokep lebih aman dibanding seks bebas yang berisiko infeksi menular seksual. Tapi, jangan salah—kebiasaan ini tidak 100% aman. Kalau sudah masuk ke level kecanduan, justru dampaknya berbahaya untuk kesehatan otak dan kehidupan sosial. Otak bisa mengalami desensitisasi seksual, di mana rangsangan dari dunia nyata terasa hambar dan membosankan, karena otak sudah terlalu terbiasa dengan fantasi ekstrem yang tidak realistis dari film dewasa.

Dalam jangka panjang, hal ini juga bisa berdampak buruk saat seseorang akhirnya menikah. Ekspektasi yang dibangun oleh bokep tidak sesuai realita, sehingga hubungan seksual dengan pasangan terasa kurang memuaskan. Belum lagi masalah gangguan ereksi dan sulit orgasme yang sering menyertai pecandu berat pornografi.

Jadi, buat kalian yang mulai merasa lebih nyaman dengan bokep daripada kehidupan nyata, jangan anggap enteng. Segera kontrol kebiasaan tersebut, batasi waktu menonton, dan mulai bangun kembali ketertarikan pada aktivitas nyata, termasuk membangun hubungan yang sehat dengan pasangan. Ingat, fantasi boleh ada, tapi jangan sampai menggantikan kenyataan yang sebenarnya jauh lebih berharga.

Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top