“Saya minta obat serbuk racikan puskesmas yang biasa ya, dok. Kemarin saya habis dari dokter spesialis anak, ternyata obatnya gak manjur!” pinta ibu paruh baya dihadapan saya yang membawa anaknya berusia 3 tahun.
“Sebentar, bu. Saya periksa dulu ya anaknya,” jawab saya. “Saya boleh lihat obat yang diberikan dokter spesialis anak kemarin?”
Beberapa saat kemudian ibu itu mengeluarkan sebuah plastik berisikan beberapa botol obat sirup yang telah diminum anaknya. Ada obat antibiotik, vitamin, dan obat batuk pilek. Dari labelnya terlihat bahwa obat tersebut merupakan obat bermerk yang cukup mahal harganya.
Saya menjadi heran. Bukan hanya satu kali, namun beberapa kali saya menemui kasus seperti ini. Seorang pasien datang ke puskesmas untuk meminta obat di puskesmas setelah sebelumnya berobat ke dokter spesialis, yang notabene secara keilmuan berada di atas saya yang masih menjadi seorang dokter umum.
Obat serbuk racikan yang ibu tadi minta juga sebenarnya tidak ada yang spesial. Isinya hanya gabungan beberapa komposisi obat untuk penurun panas, batuk, dan pilek yang telah diatur dosisnya. Saya pun menjelaskan ke pasien tersebut mengenai obat yang diberikan dokter spesialis tadi sudah tepat dan tidak perlu diganti, hanya saja untuk proses penyembuhan memerlukan waktu. Namun, ibu itu tetap ngotot untuk diberikan serbuk “ajaib” puskesmas.
Sebenarnya salah satu obat terbaik dari seorang dokter ke pasien adalah kepercayaan. Jika seorang pasien memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap dokternya, maka ia akan menjadi lebih berpikir positif dan menuruti nasihat-nasihat dari dokter tersebut. Hasil akhirnya adalah terapi yang diberikan dapat bekerja secara maksimal.
Akan tetapi berbeda jika yang terjadi adalah hal sebaliknya. Ketika seorang pasien tidak percaya dengan dokter yang menangani, maka bukan tidak mungkin pengobatan yang telah diberikan seolah menjadi tidak bermanfaat meskipun obat yang diberikan sudah tepat guna.
Dalam dunia medis sendiri ada istilah yang bernaman efek plasebo. Plasebo merupakan sebuah pil kosong tanpa kandungan senyawa obat apapun, yang pada sebagian seseorang dapat memberikan efek perbaikan layaknya kinerja obat sungguhan.
Jika plasebo merupakan obat kosong, lantas mengapa ia terkesan bisa memberikan dampak? Banyak hal yang dapat menjelaskan hal ini, seperti: adanya sistem imun yang memerlukan waktu untuk bekerja sehingga pada dasarnya penyakit tersebut memang sudah sembuh sendirinya, dan perubahan sistem di otak karena psikis pasien yang berpikiran positif sehingga ia merasa menjadi jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Kedengaran aneh tapi nyata adanya, begitulah efek plasebo. Hal ini juga menjadi jawaban mengapa pengobatan alternatif yang tidak masuk akal (seolah) dapat menyembuhan penyakit seseorang. Bagaimana mungkin sebuah batu yang dicelupkan ke air bisa menyembuhkan berbagai penyakit, atau seorang ibu-ibu yang mengaku mendapat ilham kemudian bisa menyembuhkan ratusan penyakit dengan metode yang tidak jelas.
Sangat disayangkan di era sekarang ini banyak oknum yang mem-framing bahwa dokter berusaha untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya dari pasien. Sehingga banyak pasien yang menjadi tidak percaya terhadap pengobatan dokter dan justru mempercayai pengobatan alternatif.
Ketika satu orang merasa pengobatan alternatif tersebut manjur, maka ia akan menyampaikan ke kerabat lainnya sehingga lebih banyak lagi orang-orang yang percaya akan pengobatan alternatif. Padahal seandainya mereka tahu, mereka sama saja seperti menenggak pil plasebo semata.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And