Artikel kali ini kita akan membahas 11 kesalahan tersering yang dilakukan pasangan saat menjalani program hamil. Meski terdengar sepele, kesalahan-kesalahan ini, jika dihindari, dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan program hamil dengan lebih baik.
Menjalani program hamil itu ibarat proses maraton tanpa garis akhir yang jelas bagi pasangan yang menjalani. Kita tidak pernah tahu kapan “garis finish” atau kehamilan yang diinginkan akan tercapai. Bahkan, dengan teknologi kehamilan berbantu yang paling canggih, seperti bayi tabung sekalipun, tidak ada jaminan 100% bahwa kehamilan akan berhasil.
Hal ini karena keberhasilan kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun, prinsip utamanya adalah semakin banyak hal yang kita optimalkan dalam diri kita, semakin tinggi pula peluang keberhasilan yang bisa diraih.
Sayangnya, tidak sedikit pasangan yang tanpa disadari melakukan kesalahan yang membuat peluang kehamilan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, di video kali ini, saya akan membahas 11 kesalahan tersering yang sering kali menjadi penyebab kegagalan dalam program hamil.
- Salah satu pasangan tidak mengecek kesuburan
Ini adalah salah satu kesalahan yang sangat fatal tetapi sering saya temui, yaitu salah satu pasangan tidak mengecek kesuburannya. Yang paling sering, pria cenderung enggan untuk melakukan pemeriksaan.
Dalam menjalani program hamil, pemeriksaan kesuburan menjadi hal yang wajib dilakukan. Minimal, wanita perlu menjalani pemeriksaan USG oleh dokter kandungan, sementara pria perlu melakukan analisis sperma oleh dokter andrologi. Jika salah satu dari pemeriksaan tersebut tidak dilakukan, maka program hamilnya tidak akan berjalan optimal.
Saya memahami bahwa pria sering kali merasa gengsi untuk melakukan pemeriksaan analisis sperma, entah karena khawatir hasilnya buruk atau karena merasa malu. Namun, perlu dipahami bahwa pemeriksaan kesuburan ini sifatnya sangat rahasia. Data hasil pemeriksaan hanya diketahui oleh dokter dan diri Anda sendiri. Dengan mengetahui gangguan yang ada, kita dapat lebih mudah menentukan terapi yang sesuai, sehingga peluang keberhasilan program hamil akan jauh lebih besar.
Bayangkan jika wanita sudah rutin meminum obat dari dokter kandungan, tetapi prianya tidak pernah mau melakukan pemeriksaan. Kemungkinan besar, keberhasilan program hamil akan sangat kecil jika ternyata ada gangguan pada sperma yang tidak terdeteksi. Oleh karena itu, program hamil memerlukan komitmen dari kedua belah pihak, baik suami maupun istri, untuk berusaha bersama-sama.
- Salah mengonsumsi obat program hamil
Di era internet, kita dengan mudah menemukan berbagai obat dan suplemen program hamil yang dijual bebas. Namun, tidak semua produk tersebut aman dan efektif untuk semua orang. Saya pernah menangani pasien yang membeli suplemen dari pasar online, karena terpengaruh oleh rekomendasi seorang influencer yang sebenarnya tidak memiliki latar belakang kesehatan.
Saat saya memeriksa kandungan suplemen tersebut, yang tertulis hanya bahan-bahan alami. Namun, ada beberapa kejanggalan, seperti tidak adanya izin BPOM di labelnya. Ini menunjukkan bahwa produk tersebut tidak melalui proses standarisasi yang tepat, sehingga keamanannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Setelah saya periksa lebih lanjut, hormon pasien tersebut ternyata sangat tinggi, jauh di atas normal. Saya mencurigai bahwa suplemen tersebut mengandung bahan kimia tertentu untuk meningkatkan hormon, meskipun tidak tercantum dalam labelnya. Ketika konsumsi suplemen itu dihentikan, kadar hormon pasien kembali normal setelah beberapa bulan.
Saran saya, jika Anda ingin mengonsumsi suplemen, belilah dari apotek resmi dan pastikan produk tersebut memiliki izin BPOM. Yang paling baik adalah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda berdasarkan kondisi tubuh masing-masing, dan dokter dapat membantu memilih suplemen yang benar-benar sesuai dan aman.
- Tidak mengonsumsi obat dokter secara rutin
Pasangan yang menjalani program hamil dan telah berkonsultasi dengan dokter biasanya akan diberikan resep pengobatan khusus. Berbeda dengan pengobatan untuk sakit biasa seperti batuk atau pilek, yang umumnya berlangsung singkat selama 1-2 minggu, pengobatan program hamil sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni sekitar 1 hingga 3 bulan.
Hal ini disebabkan karena proses perbaikan sel sperma dan sel telur tidak instan. Sebagai contoh, pembentukan sel sperma memerlukan waktu sekitar 72 hari dari awal hingga siap untuk digunakan. Oleh karena itu, untuk mencapai produksi sperma yang optimal, pengobatan minimal perlu dilakukan selama 2,5 bulan sesuai siklus pembentukan sperma.
Sering kali muncul pertanyaan, “Berapa lama saya harus mengonsumsi obat dokter?” Jawabannya tergantung pada kondisi masing-masing pasangan. Tujuan utama pengobatan program hamil adalah tercapainya kehamilan. Selama kehamilan belum terjadi, pengobatan biasanya akan dilanjutkan dengan evaluasi berkala oleh dokter.
Pada beberapa jenis obat, seperti suplemen atau vitamin, penggunaannya relatif aman untuk jangka panjang. Namun, obat-obatan tertentu, seperti terapi hormon, memerlukan pengawasan lebih ketat. Dokter biasanya akan meminta pemeriksaan berkala untuk memantau kadar hormon dalam tubuh dan respons kesuburan pasien.
Intinya, konsumsi obat harus dilakukan sesuai anjuran dokter dan di bawah pengawasan mereka. Hal ini penting agar pengobatan dapat berjalan efektif tanpa menimbulkan risiko tambahan bagi kesehatan.
- Tidak evaluasi paska pemberian terapi
Evaluasi berkala adalah langkah yang sangat penting selama menjalani program hamil, untuk mengetahui bagaimana tubuh merespon pengobatan yang telah diberikan. Tujuannya agar saya bisa memastikan apakah obat-obatan yang diberikan sudah memberikan dampak positif terhadap kesuburan atau perlu dilakukan penyesuaian.
Jika dari evaluasi terlihat adanya perbaikan, biasanya terapi akan saya lanjutkan untuk meningkatkan peluang kehamilan. Namun, jika muncul efek samping, reaksi alergi, atau respon kesuburan yang kurang optimal, saya bisa mempertimbangkan untuk mengganti jenis pengobatan yang diberikan.
Sayangnya, saya sering menemui pasangan yang tidak melakukan evaluasi secara teratur. Salah satu kasus yang pernah saya tangani adalah seorang pasien yang menjalani terapi pengobatan selama 2 bulan, namun kemudian berhenti mengonsumsi obat-obatan selama lebih dari 3 bulan sebelum kembali melakukan pemeriksaan. Ketika ia datang kembali untuk cek ulang, perbaikan spermanya belum optimal. Dalam situasi seperti ini, saya tidak dapat mengevaluasi sepenuhnya bagaimana respons tubuh terhadap terapi sebelumnya karena jeda waktu tanpa pengobatan yang cukup panjang.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk segera melakukan evaluasi paska pemberian terapi sesuai dengan jadwal yang telah saya anjurkan. Ini bukan hanya membantu saya memantau perkembangan kondisi pasien, tetapi juga memungkinkan saya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar program hamil bisa berjalan dengan lebih efektif. Pengalaman ini selalu mengingatkan saya bahwa kedisiplinan pasien dalam mengikuti evaluasi sangat berperan besar dalam keberhasilan terapi.
- Berpindah-pindah tempat pemeriksaan kesuburan
Saya sangat memahami jika seseorang harus berpindah tempat karena alasan pindah domisili tinggal. Namun, jika kita tinggal di satu tempat yang sama, saya sangat menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesuburan, seperti analisis sperma, di laboratorium yang sama sesuai dengan anjuran dokter andrologi.
Saya pernah menemui kasus di mana seorang pasien yang tinggal di satu kota memeriksa sperma di tiga laboratorium yang berbeda. Masalahnya, beberapa laboratorium tersebut tidak terstandar prosedurnya, sehingga saya tidak dapat melakukan interpretasi hasil dengan tepat.
Hal ini terjadi karena setiap laboratorium biasanya memiliki cara pemeriksaannya masing-masing. Oleh karena itu, kita harus memilih laboratorium yang terstandar dan sesuai dengan anjuran dokter. Jika kita sudah memeriksa di laboratorium tertentu, idealnya kita terus memeriksa di tempat yang sama agar hasilnya dapat dimonitor secara jelas untuk melihat respon setelah pengobatan. Namun, jika ada hal-hal yang memang mengharuskan kita pindah tempat pemeriksaan, tentu hal itu masih bisa dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan.
- Tidak menyimpan data pengobatan dan pemeriksaan laboratorium
Tentu tidak dapat dihindarkan, beberapa pasangan menjalani program hamil di berbagai tempat dan dokter karena alasan tertentu, misalnya harus berpindah domisili. Setiap dokter memiliki pendekatan masing-masing sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, sehingga sangat wajar jika terdapat perbedaan dalam proses pengobatan dan pemeriksaan.
Namun, yang perlu diperhatikan oleh pasien adalah pentingnya menyimpan seluruh hasil pemeriksaan penunjang dan riwayat pengobatan yang pernah diberikan oleh setiap dokter. Tujuan utamanya adalah untuk mengevaluasi bagaimana hasil terapi sebelumnya dan menghindari pemeriksaan ulang yang sebenarnya sudah pernah dilakukan.
Sebagai contoh, pada pasien program hamil, sebagian ada yang menjalani pemeriksaan genetik untuk mengetahui apakah terdapat kerusakan gen di tubuh yang memengaruhi kesuburannya. Hasil pemeriksaan genetik ini bersifat tetap sepanjang hidup pasien, meskipun ia menjalani pengobatan. Jika hasil pemeriksaan tersebut hilang, dokter yang baru menangani akan kesulitan karena datanya tidak ada. Bukan tidak mungkin pemeriksaan harus diulang, yang tentu memakan biaya cukup besar.
Hal serupa juga berlaku untuk obat-obatan yang dikonsumsi. Data ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana tubuh merespon pengobatan. Misalnya, jika pasien sebelumnya menggunakan obat A dan setelah dievaluasi ternyata kurang cocok karena menimbulkan reaksi alergi, maka informasi ini menjadi peringatan penting bagi dokter selanjutnya untuk tidak memberikan obat yang sama.
Saran saya, setiap pasien sebaiknya menyimpan semua data yang berkaitan dengan pengobatan, termasuk jenis obat, dosis, dan hasil pemeriksaan laboratorium. Buat penyimpanan tersebut dalam dua bentuk: pertama, cetak fisik yang tersusun rapi dalam map berdasarkan waktu pemeriksaan, dan kedua, salinan digital yang disimpan di media penyimpanan online sebagai langkah berjaga-jaga. Hal ini akan sangat membantu dalam melanjutkan program hamil secara lebih efisien dan terarah.
- Tidak memperbaiki pola hidup sehat
Pola hidup sehat sebenarnya adalah langkah sederhana yang sangat efektif untuk memperbaiki kesuburan pria. Sayangnya, banyak pasangan sering menyepelekan hal ini karena merasa tidak sabar dengan proses yang membutuhkan waktu. Namun, coba kita pikirkan kembali: mungkin saja penyebab utama gangguan kesuburan selama ini berasal dari pola hidup yang tidak sehat. Dengan memodifikasi pola hidup menjadi lebih baik, kesuburan kita dapat ditingkatkan secara signifikan.
Ada beberapa hal penting terkait pola hidup sehat yang bisa dilakukan bersama pasangan. Pertama, rutin berolahraga. Olahraga terbaik untuk kesuburan adalah jenis aerobik seperti lari, berenang, dan senam. Idealnya, olahraga dilakukan selama total 150 menit per minggu. Misalnya, kita bisa melakukannya setiap dua hari sekali dengan durasi sekitar 50 menit per sesi.
Selain olahraga, kita juga harus memperhatikan asupan makanan sehari-hari. Salah satu prinsip pengobatan kesuburan adalah pemberian suplemen yang mengandung zat gizi dan berbagai vitamin. Namun, semua ini sebenarnya bisa diperoleh dari makanan sehat. Makanan terbaik adalah makanan segar, bukan makanan kemasan siap saji atau makanan beku dengan bahan pengawet. Konsumsilah ikan, sayuran, dan buah-buahan secara teratur. Batasi makanan yang tinggi gula dan kolesterol seperti minuman soda dan gorengan. Hindari alkohol dan rokok, karena keduanya memiliki dampak buruk yang signifikan pada kesuburan pria maupun wanita.
Selain itu, penting untuk menjaga berat badan agar tetap ideal. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan kesuburan yang serius baik pada pria maupun wanita. Hal lain yang dapat dilakukan adalah berjemur secara rutin. Berjemur di bawah sinar matahari membantu tubuh memproduksi vitamin D, yang memiliki peran penting dalam mendukung kesuburan. Waktu terbaik untuk berjemur adalah antara pukul 11 pagi hingga pukul 1 siang.
Terakhir, jangan lupakan pentingnya istirahat yang cukup. Pria dan wanita dewasa membutuhkan durasi tidur malam minimal 7 jam dan maksimal 9 jam. Tidur yang cukup membantu menjaga keseimbangan hormon tubuh dan mendukung kesuburan yang optimal. Dengan langkah-langkah sederhana ini, kita dapat memperbaiki kesuburan secara alami dan lebih sehat.
- Jarang berhubungan seksual
Beberapa pasien yang menjalani program hamil sering bertanya kepada saya, apakah aman untuk tetap berhubungan seksual selama menjalani terapi? Jawabannya adalah aman, bahkan sangat dianjurkan. Namun, ada beberapa pengecualian, seperti jika terdapat penyakit menular seksual yang sedang ditangani atau kondisi pemberat tertentu lainnya, maka hubungan seksual mungkin saja ditunda sementara.
Sangat disayangkan jika pasangan yang sudah menjalani terapi perbaikan sperma dan sel telur tidak berhubungan seksual secara rutin. Kehamilan hanya dapat terjadi dengan adanya hubungan seksual, dan sebaik apapun kualitas sperma dan sel telur, jika pasangan jarang berhubungan seksual, maka kemungkinan untuk hamil menjadi sangat kecil.
Frekuensi hubungan seksual yang ideal selama program hamil adalah 2-3 kali per minggu. Jika wanita sedang berada dalam masa subur, disarankan untuk berhubungan seksual setidaknya setiap dua hari sekali. Masa subur wanita adalah periode penting ketika sel telur matang dan siap untuk dibuahi.
Ada beberapa metode untuk menghitung masa subur, salah satunya dengan menggunakan aplikasi penghitung masa subur di smartphone, seperti aplikasi Flo. Aplikasi ini menandai periode masa subur wanita dengan warna hijau pada kalendernya. Tanda khusus, seperti lingkaran putus-putus, biasanya menunjukkan hari-hari ketika sel telur matang.
Selain menggunakan aplikasi, masa subur juga dapat dikenali melalui tanda alami dari tubuh wanita, yaitu pengeluaran lendir serviks. Wanita mungkin akan memperhatikan adanya cairan bening dan elastis seperti putih telur yang keluar dari vagina selama beberapa hari. Lendir serviks ini adalah penanda masa subur yang sangat baik karena menunjukkan bahwa tubuh siap untuk proses pembuahan.
Waktu terbaik untuk berhubungan seksual adalah saat lendir serviks mulai terasa elastis, licin, dan berair seperti putih telur. Pasangan dianjurkan untuk berhubungan seksual secara rutin selama periode ini hingga lendir serviks berhenti keluar. Dengan memahami tanda-tanda ini, pasangan dapat mengoptimalkan peluang untuk mencapai kehamilan.
- Tingkat stress yang tinggi
Saya sangat memahami bahwa menjalani program hamil bisa menjadi pengalaman yang penuh tekanan, terutama bagi pasangan yang telah bertahun-tahun berusaha mendapatkan keturunan. Tekanan emosional ini sering kali menjadi sangat berat, dan stres yang tinggi dapat memengaruhi hubungan seksual, seperti menyebabkan masalah ereksi atau ejakulasi pada pria. Akibatnya, proses pembuahan sel sperma dan sel telur menjadi terhambat karena pria mengalami kesulitan untuk berhubungan seksual secara optimal.
Tidak jarang, saya menemui pria yang mengalami disfungsi ereksi atau impotensi sebagai akibat langsung dari rasa bersalah dan stres saat menjalani program hamil. Mereka merasa tertekan oleh ekspektasi, kondisi tubuh mereka sendiri, dan bahkan stigma negatif dari lingkungan sekitar, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka secara fisik maupun emosional.
Saran saya, jika stres yang dirasakan sudah sangat berat, cobalah untuk menyalurkan stres tersebut melalui kegiatan-kegiatan positif. Anda bisa mencoba hobi baru, berolahraga, atau sekadar meluangkan waktu untuk beristirahat dan menjauh sejenak dari rutinitas program hamil. Fokus pada hal-hal yang membuat tubuh dan pikiran lebih rileks bisa sangat membantu.
Namun, jika upaya ini masih belum cukup untuk mengatasi stres, saya sangat menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam menangani stres dan kesehatan mental. Bantuan profesional dapat memberikan pendekatan yang lebih terarah dan membantu Anda mengelola tekanan dengan cara yang lebih efektif, sehingga tubuh dan pikiran menjadi lebih siap untuk menjalani program hamil.
- Berhenti program hamil terlalu cepat
Seperti yang saya sebutkan di awal, menjalani program hamil itu ibarat sebuah maraton tanpa garis finish yang jelas. Pasangan yang menjalaninya sering kali merasa frustrasi karena sudah mencoba berbagai cara, namun belum juga dikaruniai keturunan. Tidak jarang, hal ini membuat pasangan memutuskan untuk berhenti menjalani program hamil karena merasa lelah dan putus asa.
Saran saya, selama masih ada dana, waktu, dan kesempatan, jangan mudah menyerah. Tetaplah melanjutkan usaha dengan mempertahankan pola hidup sehat, sambil rutin berhubungan seksual secara berkala. Langkah-langkah ini penting untuk tetap menjaga peluang terjadinya kehamilan.
Kita tidak pernah tahu kapan garis finish itu akan datang. Bisa jadi, kehamilan yang Anda dambakan hanya tinggal selangkah lagi jika Anda bertahan sedikit lebih lama. Cobaan dan kesulitan yang dirasakan selama proses ini mungkin merupakan bagian dari perjalanan yang harus dijalani, sebelum akhirnya impian memiliki keturunan dapat terwujud. Tetaplah semangat dan yakin bahwa usaha yang dilakukan akan membuahkan hasil di waktu yang tepat.
- Tidak mempertimbangkan terapi lanjutan
Terapi lanjutan bagi pasangan yang telah menjalani program hamil tetapi belum juga berhasil secara umum terbagi menjadi dua: menjalani operasi jika terdapat penyakit pemberat atau memilih metode kehamilan berbantu. Pada beberapa kasus, terdapat penyakit-penyakit reproduksi yang memerlukan penanganan operasi untuk mengatasi penyebabnya. Sebagai contoh, pria dengan kondisi varises buah zakar atau varikokel. Jika kondisinya ringan, varikokel biasanya dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan saja untuk membantu terjadinya kehamilan.
Namun, jika varikokel cukup berat, gangguan ini sering memerlukan tindakan operasi agar dapat berhasil. Saran saya, jika Anda atau pasangan telah menjalani pengobatan tetapi hasilnya belum memuaskan, pertimbangkan dengan matang untuk menjalani operasi jika penyakit yang mengganggu sudah terdiagnosis dan sesuai dengan indikasi.
Selanjutnya, mari kita bahas mengenai program kehamilan berbantu. Program ini adalah cara memperoleh kehamilan tanpa hubungan suami istri secara langsung, melainkan melalui prosedur medis. Terdapat dua metode utama dalam kehamilan berbantu, yaitu inseminasi dan bayi tabung.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada mekanisme pelaksanaannya. Inseminasi melibatkan penghantaran sperma yang telah dicuci ke dalam rahim melalui selang, sedangkan bayi tabung melibatkan proses pembuahan sel telur dan sperma di laboratorium dengan bantuan alat khusus. Program kehamilan berbantu sering dipertimbangkan jika pasangan telah menikah lebih dari satu tahun tanpa keturunan, telah mencoba program hamil alami tanpa hasil, memiliki faktor penyulit tertentu, atau karena pertimbangan usia.
Usia pasangan menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan program hamil. Untuk pasangan berusia di atas 30 tahun, disarankan mempertimbangkan program kehamilan berbantu jika upaya program hamil alami tidak membuahkan hasil dalam waktu yang optimal. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan mencapai kehamilan dalam waktu yang lebih singkat.
Berhati-hatilah dengan waktu. Terkadang, kita terlena dan menyepelekan, hingga tanpa disadari usia bertambah dan kesuburan mulai menurun. Kondisi ini dapat membuat keberhasilan kehamilan menjadi kurang optimal. Jika semua cara sudah dicoba dan hasilnya belum maksimal, jangan ragu untuk mempertimbangkan terapi lanjutan.
Baik, itu tadi adalah 11 kesalahan yang sering terjadi saat menjalani program hamil. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat membantu pasangan-pasangan yang sedang berjuang untuk mencapai keberhasilan program hamil. Tetap semangat dan jangan menyerah!