Jenis Terapi Sperma Tingkatkan Kesuburan Pria

 

Kualitas kesuburan sperma pria dapat diperbaiki dengan berbagai pendekatan secara kedokteran. Di artikel kali ini, kita akan membahas 6 jenis terapi, mulai dari yang sederhana hingga kompleks, untuk meningkatkan kualitas sperma pria.

Salah satu tujuan utama pernikahan bagi banyak pasangan adalah memiliki keturunan. Namun, di era modern ini, polusi yang meningkat serta gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan gangguan kesuburan pada pria.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas sperma pria mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Sebuah studi membandingkan data antara tahun 1973 dan 2011 mengungkapkan bahwa jumlah sperma pria menurun hingga 52,4%. Penurunan signifikan ini sebagian besar disebabkan oleh paparan polusi dan gaya hidup yang kurang sehat.

Secara statistik, gangguan kesuburan terjadi dengan proporsi yang sama pada pria dan wanita. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasangan yang menjalani program hamil untuk memeriksakan kedua belah pihak. Pada pria, pemeriksaan sperma adalah prosedur penting yang wajib dilakukan di bawah pengawasan dokter andrologi.

Dari hasil pemeriksaan sperma, dapat diketahui apakah seorang pria mengalami gangguan kesuburan atau tidak. Berdasarkan pengalaman saya sebagai dokter andrologi, sebagian besar pria yang pertama kali berkonsultasi membawa hasil pemeriksaan sperma yang menunjukkan adanya gangguan yang mempengaruhi kesuburan.

Gangguan sperma bervariasi dari ringan hingga berat. Pada kasus ringan, kehamilan alami masih mungkin terjadi tanpa intervensi yang kompleks. Namun, pada kasus yang lebih serius, diperlukan evaluasi dan terapi lanjutan.

Bahkan saya sendiri pernah menemui ada pasangan yang sudah cukup lama menikah dan wanitanya diterapi macam-macam oleh dokter tetapi tidak kunjung terjadi kehamilan. Setelah dilakukan pemeriksaan sperma pada pria untuk pertama kalinya, barulah diketahui kalau pada pria tersebut terdapat gangguan sperma yang sangat berat, di mana ditemukan jumlah spermanya sangat sedikit sekali. Kemungkinan besar pada pasangan tersebut penyebab belum memiliki keturunannya adalah dikarenakan gangguan sperma yang tidak diperbaiki.

Pertanyaan sekarang, apakah sperma yang rusak itu masih bisa diperbaiki? Tentu saya sebagai seorang dokter tidak bisa menjaminkan hasil ya, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbaikan sperma. Namun kabar baiknya, di era sekarang ini ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sperma. Harapannya pemberian terapi-terapi ini jika dilakukan dengan tepat, dapat membantu perbaikan kualitas dari sperma.

Sekarang kita akan membahas 6 jenis terapi untuk meningkatkan kesuburan pria. Kita akan mengurutkan mulai dari yang paling mudah dilakukan hingga penanganan terakhir yang dilakukan pada kasus-kasus berat.

  1. Perbaikan Pola Hidup Sehat

Beberapa pasien pria yang datang pertama kali dengan hasil pemeriksaan sperma menunjukkan kondisi normal, baik dari segi jumlah, pergerakan, hingga bentuk. Menariknya, ada satu kesamaan di antara pasien-pasien dengan hasil sperma normal, bahkan tanpa pengobatan apa pun: mereka telah menjalani pola hidup sehat dalam jangka waktu lama.

 

Hal ini membuktikan bahwa pola hidup sehat yang diterapkan secara konsisten dalam jangka panjang memberikan dampak positif terhadap kesuburan pria. Lalu, pertanyaannya adalah, pola hidup sehat seperti apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas sperma?

Langkah awal yang paling sederhana adalah memperbaiki pola makan. Beberapa jenis makanan yang dapat membantu meningkatkan kualitas sperma antara lain ikan, telur, sayuran segar, tomat, dan alpukat.

Selain memperbaiki pola makan, olahraga teratur juga penting. Disarankan untuk berolahraga minimal 150 menit per minggu. Beberapa jenis olahraga yang diketahui baik bagi kesuburan pria meliputi latihan kekuatan seperti angkat beban, serta aerobik yang memacu kerja jantung seperti lari dan berenang.

Berjemur di pagi hari secara teratur juga dapat meningkatkan kadar vitamin D dalam tubuh, yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas sperma. Durasi tidur malam juga tidak kalah penting dalam mengoptimalkan kesuburan pria. Pria yang rutin tidur malam dengan durasi 7-9 jam cenderung memiliki kualitas sperma yang lebih baik.

Itulah beberapa contoh pola hidup sehat yang dapat diterapkan. Perlu diingat, perbaikan pola hidup sehat ini adalah langkah awal yang sangat disarankan untuk semua pria yang menjalani program hamil. Terapi ini relatif aman, tanpa efek samping berbahaya, terjangkau, dan mudah dilakukan.

  1. Pemberian Suplemen

Nutrisi dalam tubuh memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas sperma. Itulah sebabnya, orang dengan pola makan yang baik cenderung memiliki kualitas sperma yang optimal. Salah satu terapi yang sering direkomendasikan oleh dokter andrologi adalah pemberian suplemen kesehatan. Suplemen ini memberikan tambahan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung fungsi reproduksi.

Jenis suplemen kesehatan sangat beragam, dan pemilihannya disesuaikan dengan kondisi tubuh serta hasil pemeriksaan sperma. Misalnya, pada pria dengan obesitas dan gangguan sperma yang cukup berat, terapi suplemen dengan dosis lebih tinggi dan kandungan lebih bervariasi mungkin diperlukan. Pemberian suplemen umumnya dilakukan selama minimal satu bulan, disertai evaluasi berkala untuk melihat apakah terdapat perbaikan pada kualitas sperma.

Meskipun suplemen kesehatan tersedia bebas di pasaran, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter andrologi sebelum mengonsumsinya. Setiap orang memiliki kondisi dan kelainan sperma yang berbeda, sehingga pemilihan suplemen pun sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik. Oleh karena itu, saya sering menghindari pertanyaan seperti, “Dok, suplemen terbaik untuk kondisi sperma ini apa, ya?” karena jawabannya tidak universal.

Pesan penting dari saya, selalu berhati-hati dalam membeli suplemen kesehatan. Banyak suplemen program hamil yang dijual bebas namun tidak resmi dan tanpa standar BPOM, serta sering kali disertai klaim berlebihan. Suplemen seperti ini mungkin mengandung bahan kimia dengan dosis terlalu tinggi yang berpotensi menimbulkan efek samping berbahaya dalam jangka panjang.

  1. Obat Kimia

Pemberian obat-obatan berbahan kimia dilakukan pada kondisi di mana seseorang memiliki penyakit yang berdampak buruk terhadap kualitas sperma. Beberapa contoh penyakit tersebut meliputi varikokel (varises di buah zakar), infeksi organ reproduksi, serta penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Penyakit-penyakit ini diketahui dapat mengganggu kesuburan pria, sehingga idealnya memerlukan penanganan dengan terapi obat kimia.

Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Sebagai contoh, jika terdapat infeksi, terapi antibiotik diperlukan. Sementara itu, jika pasien mengalami diabetes, maka pemberian obat penurun kadar gula darah sangat diperlukan.

Perlu ditekankan bahwa obat-obatan kimia ini termasuk golongan obat keras. Oleh karena itu, penggunaannya harus berdasarkan resep dokter dan sesuai dengan kondisi medis masing-masing pasien.

  1. Terapi Hormon

Di dalam tubuh pria, terdapat hormon-hormon yang berperan penting dalam produksi sperma, salah satunya adalah hormon testosteron. Hormon ini membantu proses pematangan sperma, sehingga pria dengan kadar testosteron rendah cenderung mengalami gangguan sperma yang berat. Oleh sebab itu, pria yang menjalani pola hidup sehat dan rutin berolahraga biasanya memiliki kadar testosteron yang baik, yang pada gilirannya berdampak positif pada kualitas sperma mereka.

Namun, penting untuk memahami hal ini dengan benar karena sering terjadi kesalahpahaman. Banyak pria menganggap bahwa karena testosteron baik untuk sperma, maka suntik testosteron secara sembarangan bisa meningkatkan kualitas sperma. Padahal, hormon testosteron yang optimal untuk produksi sperma adalah hormon yang dihasilkan secara alami oleh buah zakar.

Pada pria yang menyuntikkan hormon testosteron secara eksternal, buah zakar justru berhenti memproduksi hormon tersebut. Akibatnya, meskipun kadar testosteron dalam darah meningkat, kadar hormon di dalam buah zakar menurun. Hal ini menyebabkan kualitas sperma semakin menurun akibat penggunaan testosteron yang tidak terkontrol.

Selain hormon testosteron, terdapat hormon-hormon lain yang mempengaruhi kualitas sperma, seperti estradiol, FSH (Follicle-Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), dan prolaktin. Terapi hormon harus diawali dengan pemeriksaan laboratorium oleh dokter andrologi, dan jenis hormon yang diberikan harus sesuai dengan indikasi medis untuk menjaga keamanan.

Terapi hormon dapat diberikan dalam bentuk obat minum maupun suntikan. Pemilihan jenis terapi akan disesuaikan dengan kondisi penyakit yang dialami oleh pasien pria.

  1. Operasi Pembedahan (sumbatan, varikokel)

Terapi pembedahan sering kali membuat pria merasa cemas, karena melibatkan tindakan operasi. Namun, sebenarnya pembedahan hanya dilakukan pada pria dengan kelainan berat atau yang tidak merespons terapi lain. Biasanya, pasien yang menjalani program hamil akan terlebih dahulu dianjurkan untuk mencoba terapi obat minum. Jika terapi tersebut tidak memberikan perbaikan optimal dan kondisi pasien memang memerlukan tindakan pembedahan, barulah tindakan operasi direkomendasikan.

Jenis operasi yang dilakukan sangat beragam dan harus disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien. Beberapa kondisi yang dapat memerlukan tindakan operasi meliputi sumbatan saluran reproduksi, varikokel (varises pada buah zakar), kista, dan hernia di buah zakar. Pada kasus-kasus ini, pembedahan dapat membantu memperbaiki kualitas sperma secara signifikan, dengan hasil yang biasanya mulai terlihat dalam waktu paling cepat tiga bulan setelah operasi.

Untuk kondisi yang lebih serius, seperti azoospermia (tidak adanya sperma dalam air mani) yang tidak merespons terapi obat, operasi pencarian sperma di dalam buah zakar bisa menjadi pilihan. Jika ditemukan sperma dalam tindakan tersebut, sperma tersebut dapat digunakan untuk program kehamilan berbantu, seperti bayi tabung.

  1. Kehamilan Berbantu

Proses kehamilan bukanlah sesuatu yang dapat diprediksi dengan pasti. Ada kalanya, meskipun seorang pria memiliki sperma berkualitas baik dan kondisi istrinya pun normal, serta telah menjalani terapi suplemen yang diresepkan dokter, kehamilan tetap belum terjadi. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor kompleks yang mempengaruhi keberhasilan kehamilan pada pasangan.

Dalam situasi seperti ini, pertimbangan untuk menjalani terapi kehamilan berbantu sering kali menjadi pilihan. Kehamilan berbantu merujuk pada prosedur medis yang membantu terjadinya kehamilan tanpa hubungan seksual langsung, melainkan dengan bantuan teknologi medis. Ada dua jenis utama kehamilan berbantu: inseminasi buatan dan bayi tabung (in vitro fertilization).

Perbedaan utama antara inseminasi buatan dan bayi tabung terletak pada mekanismenya. Inseminasi buatan melibatkan proses penghantaran sperma yang telah dicuci secara khusus ke dalam rahim melalui selang kecil. Sementara itu, pada prosedur bayi tabung, pembuahan antara sel telur dan sperma dilakukan di laboratorium menggunakan peralatan medis canggih. Inseminasi umumnya dipilih untuk pasangan dengan gangguan kesuburan ringan, sedangkan prosedur bayi tabung lebih disarankan untuk kasus-kasus gangguan kesuburan yang lebih kompleks dan berat.

Itulah tadi enam jenis terapi kesuburan pria. Penting untuk dipahami bahwa tidak ada satu pun solusi yang dapat menjamin keberhasilan kehamilan 100%, bahkan dengan penggunaan teknologi terbaru sekalipun, seperti bayi tabung. Setiap terapi tetap memiliki kemungkinan gagal. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pasangan untuk berusaha semaksimal mungkin, menjaga konsistensi, dan memiliki kesabaran.

Pemilihan jenis terapi kesuburan untuk pria harus didahului dengan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh oleh dokter andrologi. Saya sangat tidak menyarankan mengonsumsi obat atau suplemen secara sembarangan tanpa anjuran dokter. Ada kasus-kasus di mana pasien yang mengonsumsi obat hormon sendiri justru mengalami gangguan kesuburan yang semakin parah karena penggunaan yang tidak tepat.

Oleh sebab itu, sangat penting untuk memastikan bahwa terapi yang dijalankan sesuai dengan indikasi dan kebutuhan spesifik masing-masing individu. Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda, sehingga evaluasi dan penanganan yang mendalam sangat diperlukan sebelum memulai terapi apa pun.

Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top