Keberhasilan inseminasi buatan hanya sekitar 15% per siklus. Tapi, seringkali beberapa pasangan yang justru gagal bukan karena masalah medis, melainkan karena kurang persiapan dan salah strategi. Di artikel ini, saya akan membagikan 6 tips ilmiah yang bisa secara signifikan meningkatkan peluang kalian untuk berhasil hamil lewat inseminasi. Kalau kalian sedang menjalani program hamil dan mempertimbangkan inseminasi, jangan skip satu pun tips-nya, karena bisa jadi ini yang menentukan apakah program kalian berhasil atau gagal
Inseminasi intrauterine atau sering disebut pula sebagai inseminasi buatan adalah sebuah metode program hamil di mana sperma pria akan dimasukkan ke dalam rahim menggunakan sebuah selang kecil. Yang membedakan inseminasi dengan program hamil biasa adalah spermanya akan dilakukan pemrosesan pencucian agar mendapatkan sperma dengan kualitas terbaik, kemudian sel telur wanita akan dioptimalkan terlebih dahulu menggunakan obat-obatan, dan sperma tersebut langsung dihantarkan ke dalam rahim wanita.
- Penuhi Syarat Inseminasi
Kita harus memahami kalau inseminasi bukanlah pilihan program hamil untuk semua kasus gangguan kesuburan. Karena pada prinsipnya inseminasi ini cocok pada orang yang mengidap gangguan ringan sehingga belum memiliki keturunan. Pada orang-orang yang memiliki gangguan berat dan tetap dipaksakan menjalani inseminasi, yang terjadi justru ia tidak akan terjadi kehamilan. Itulah mengapa sangat penting memahami apa saja syarat yang harus dipenuhi jika ingin menjalani inseminasi.
Untuk pria syarat utamanya adalah harus melakukan pemeriksaan sperma. Pria yang boleh menjalani inseminasi itu apabila ditemukan indikator pada hasil labnya konsentrasi sperma >10 juta/ml dan pergerakan sperma progresive-nya berada di atas 30%.
Lalu salah satu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana apabila morfologi spermanya di bawah nilai normal, alias kondisi medisnya teratozoospermia, apakah bisa menjalani inseminasi? Sebetulnya teratozoospermia ini merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada pria-pria. Untuk kondisi ini sebetulnya masih boleh saja menjalani inseminasi, tetapi data penelitian menunjukkan jika morfologi normalnya bisa lebih tinggi, maka angka keberhasilan inseminasinya akan jauh lebih optimal.
Pada wanita sendiri yang akan menjalani inseminasi, ia akan dilakukan pemeriksaan oleh dokter kandungan untuk mengecek apakah bisa menjalani inseminasi atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan seperti USG untuk menilai kualitas sel telur, kemudian biasanya juga akan dilanjutkan pemeriksaan HSG untuk mengecek saluran tuba. Semisal ditemukan adanya gangguan yang berat, maka inseminasi tidak dapat dilakukan.
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan tadi, khususnya pemeriksaan sperma, sebisa mungkin dilakukan paling lama 3 bulan menjelang inseminasi. Karena fungsi kesuburan ini bisa berubah seiring berjalannya waktu. Bukan tidak mungkin hasil sperma 1 tahun yang lalu normal, tapi karena satu dan lain hal tiba-tiba saja sperma mengalami gangguan yang berat sehingga sebetulnya tidak ideal untuk dilanjutkan inseminasi.
Jika memang secara persyaratan untuk inseminasi tadi sudah dipenuhi, maka langkah selanjutnya yang penting untuk dilakukan itu adalah perbaikan pola hidup sehat menjelang inseminasi.
- Perbaikan Pola Hidup
Pada prinsipnya pola hidup yang baik akan sangat bermanfaat untuk fungsi kesehatan reproduksi pria dan wanita. Dengan memperbaiki pola hidup ia akan membantu memaksimalkan agar kualitas sperma dan sel telur ini akan dapat terjadi lebih baik. Meskipun mungkin secara syarat kita sudah memenuhi untuk inseminasi, bukan berarti kita bisa bersantai dan berharap sepenuhnya dengan inseminasi agar berhasil tanpa memodifikasi pola hidup.
Idealnya sekitar 3 bulan sebelum inseminasi pasangan harus memperbaiki pola hidup, antara lain memperbanyak makan-makanan segar, buah dan sayuran, juga meminimalisir makanan yang tinggi gula dan berpengawet. Selain itu sangat penting pula stop total dalam merokok, karena rokok ini dapat berdampak sangat buruk sekali ke kualitas sperma pria. Mulai pula untuk melakukan olahraga secara teratur sebanyak 150 menit per minggu dan tidur sebanyak 7-9 jam setiap malam.
Penting pula untuk menjaga kesehatan sebelum menjelang inseminasi. Karena jika seseorang tiba-tiba saja ia menderita sakit demam tinggi beberapa hari sebelum inseminasi, hal ini bisa menyebabkan fungsi reproduksi menjadi menurun kualitasnya, sehingga kesuburannya menjadi turun. Sebaiknya kurangi aktivitas-aktivitas yang tidak perlu, menjaga kebersihan, dan berisitrahat yang cukup agar imun menjadi baik.
- Konsumsi Obat Dari Dokter
Pada pasien yang akan menjalani inseminasi sangat penting untuk mengonsumsi secara rutin obat-obatan yang diberikan oleh dokter masing-masing. Biasanya wanita akan diberikan obat penyubur oleh dokter kandungan, sementara pria akan diberi langsung oleh dokter andrologi.
Lalu yang sering menjadi pertanyaan, apa obat terbaik untuk persiapan inseminasi? Jawabannya setiap orang itu berbeda-beda, sehingga sangat mungkin pengobatan yang diperlukan beda pula. Sebagai contoh pada pria yang gangguannya ringan, mungkin ia cukup meminum suplemen dalam dosis yang ringan, sementara pada orang yang gangguan berat bisa jadi ia memerlukan terapi hormon pula.
Pengobatan ini saya sangat menyarankan pada pria minimal ia konsumsi secara rutin selama 2,5 bulan. Alasannya dikarenakan proses pembentukan sperma itu rata-rata memakan waktu kisaran 72 hari, dengan meminum rutin harapannya saat hari H inseminasi sperma yang dikeluarkan itu sperma yang betul-betul kualitas terbaik karena mendapatkan terapi semaksimal mungkin sejak awal proses pembentukan.
- Pengeluaran Sperma Optimal
Saat sudah ditentukan hari inseminasi, sangat penting seorang pria dapat mengeluarkan spermanya seoptimal mungkin. Beberapa kali saya menemui kasus seorang pasangan yang sedang menjalani inseminasi, di saat hari H suaminya justru mengalami kendala untuk mengeluarkan sperma. Terburuknya bahkan ada kasus yang inseminasinya menjadi batal karena sang suami stres berat dan tidak bisa mengeluarkan sperma. Tentu ini sangat disayangkan, karena sang istri sudah mendapatkan obat-obatan untuk perangsang sel telur yang cukup memakan biaya, tetapi tidak dapat dilanjutkan.
Untuk menanggulangi kesalahan-keselahan seperti ini diperlukan persiapan yang matang. Di antaranya, saya sangat menyarankan untuk pria yang hendak inseminasi untuk melakukan pengecekan sperma terlebih dahulu di tempat ia akan melakukan inseminasi nanti. Tujuannya agar ia sudah terbiasa dengan ruangannya dan tidak “kaget” saat hari H inseminasi. Apabila memang ia merasa kurang nyaman dengan temaptnya, maka boleh saja kalau ingin menyewa hotel terdekat dari tempat inseminasi selama spermanya dibawa ditempat yang aman dan penuh dengan kehati-hatian dalam proses membawanya.
Disarankan pula pria untuk tidak ejakulasi selama beberapa hari sebelum inseminasi. Sebetulnya secara aturan, pria minimum tidak ejakulasi selama 2 hari dan maksimum 7 hari. Tetapi kalau kita ingin meningkatkan kualitas sperma yang dikeluarkan untuk inseminasi, saya menyarankan untuk tidak ejakulasi antara 3-4 hari. Karena berdasarkan data penelitian ditemukan bahwa sperma yang didapat pada hari tersebut kualitasnya lebih baik.
Penting pula untuk pria tidak stres yang tinggi, menyiapkan proses untuk masturbasi sebelumnya, dan istirahat yang cukup 1 hari sebelum inseminasi. Bagi pasangan yang tinggal di luar kota, saya kurang menyarankan kalau ia pagi-pagi harus berkendaraan jauh dan langsung menjalani inseminasi, karena hal ini sering membuat fisik pria menjadi lelah dan pengeluaran spermanya tidak optimal.
- Istirahat Setelah Inseminasi
Tepat setelah menjalani inseminasi ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan agar meningkatkan keberhasilan. Yaitu adalah sang istri beristirahat tirah baring selama 10-20 menit paska inseminasi. Hal ini penting karena data penelitian yang membandingkan perbedaan tirah baring paska inseminasi antara 5 menit dan 10 menit, ditemukan keberhasilan kehamilannya lebih tinggi pada wanita yang tirah baring selama 10 menit paska inseminasi. Dalam 2 hari paska inseminasi, disarankan wanita untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang terlalu berat, dan masih boleh untuk melakukan hal yang ringan.
Terkait hubungan seksual paska inseminasi sebetulnya ini masih menjadi perdebatan, beberapa pakar menyarankan untuk tidak berhubungan dalam 2 hari pertama paska inseminasi. Sebaliknya ada penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan seks 12-18 jam paska inseminasi, itu membantu tingkat keberhasilan pada pria dengan sperma bergerak yang rendah. Saran saya terkait hal ini, lebih baik diskusikan juga dengan dokter kandungan yang melakukan inseminasi dan kenyamanan kita masing-masing.
- Pertimbangkan Inseminasi Ulang Atau Bayi Tabung
Pelaksanaan inseminasi bisa disarankan untuk dilakukan ulang jika sebelumnya gagal sebanyak 3-4x. Sangat penting setiap telah melakukan inseminasi, pasangan melakukan evaluasi dan perbaikan yang lebih baik dari sebelumnya agar bisa mendapat hasil yang positif di proses yang selanjutnya.
Jika memang sudah lebih dari 4x melakukan inseminasi namun ternyata belum juga hamil, maka sangat disarankan untuk pasangan memilih kehamilan berbantu jenis lain, dengan harapan dapat meningkatkan keberhasilannya. Yaitu adalah dengan melakukan pendekatan bayi tabung.
Karena memang dalam bayi tabung, mereka lebih memudahkan secara langsung sperma untuk menemui sel telur, berbanding terbalik dengan inseminasi di mana sperma masih perlu berusaha untuk menemui sel telurnya. Secara data sendiri memang bayi tabung angka keberhasilan rata-ratanya cukup tinggi, yakni berkisar 30%.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And