Dulu Jamu Kuat Manjur Ereksi, Sekarang Malah Impoten?

Dok saya sebut saja Dedi usia 52 tahun. Belakangan saya mulai merasa frustrasi. Gairah saya sebenarnya masih tinggi, saya masih kepengen berhubungan dengan istri dan kalau nonton yang merangsang juga masih tertarik sekali. Masalahnya penis saya kok sekarang makin susah ereksi, padahal sudah pakai jamu kuat yang biasa saya andalkan sejak 4 tahun lalu.

Dulu kalau saya minum jamu itu ereksi bisa langsung keras dan siap tempur. Tapi sekarang meskipun saya minum dosis yang lebih banyak hasilnya tetap saja loyo. Rasanya seperti tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Saya juga punya riwayat kolesterol tinggi dan sudah sekitar dua tahun ini minum obat simvastatin 10 dari puskesmas tiap malam. Badan saya sebetulnya sehat-sehat saja tapi makin kesini kok makin sulit ya dapat ereksi yang keras dan tahan lama? Apa ini karena usia? Terima kasih atas jawabannya.

 

Memahami Perbedaan Libido dan Ereksi

Hal pertama yang perlu dipahami adalah perbedaan antara libido dan ereksi.

  • Libido adalah dorongan seksual atau gairah, yang diatur oleh otak dan hormon.

  • Ereksi adalah respons fisik penis yang membutuhkan aliran darah yang lancar, saraf yang sehat, dan kadar hormon yang cukup.

Pada kasus seperti Bapak Dedi, libido sebenarnya masih tinggi—ia masih merasa bergairah dan tertarik dengan rangsangan seksual. Namun, ereksi sulit muncul. Ini menandakan ada masalah pada mekanisme ereksi itu sendiri, biasanya melibatkan pembuluh darah, hormon, atau saraf penis.

Analogi sederhananya seperti keran air: aliran airnya deras (libido tinggi), tetapi selangnya tersumbat (pembuluh darah penis terganggu), sehingga air tidak bisa mengalir keluar.

Perlunya Evaluasi Lengkap, Jangan Hanya Mengandalkan Jamu

Kesalahan yang sering dilakukan pria adalah terus mengandalkan jamu kuat tanpa mencari tahu akar masalahnya. Padahal, gangguan ereksi bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan serius. Evaluasi medis bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengetahui bagian tubuh mana yang perlu diperbaiki.

Pemeriksaan yang biasanya saya anjurkan meliputi:

  1. Pemeriksaan laboratorium lengkap: cek gula darah, profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida), asam urat, dan tekanan darah.

  2. Pemeriksaan hormon testosteron: terutama di pagi hari (pukul 8–10 pagi), untuk mendeteksi apakah ada penurunan hormon akibat proses penuaan (andropause) atau kondisi lain.

  3. Evaluasi organ reproduksi: termasuk pemeriksaan fisik penis dan testis, serta menilai ada tidaknya ereksi pagi hari.

Dengan hasil pemeriksaan ini, kita bisa menentukan apakah gangguan ereksi disebabkan oleh pembuluh darah, hormon, saraf, atau faktor psikologis seperti kecemasan saat berhubungan.

Bahaya Ketergantungan pada Jamu Kuat

Banyak pria merasa terbantu di awal ketika mengonsumsi jamu kuat. Namun, jamu hanyalah “penopang sementara”, bukan solusi jangka panjang. Jika kerusakan pembuluh darah atau penurunan hormon semakin parah, jamu tidak akan mampu lagi menutupi masalahnya.

Beberapa hal yang perlu diwaspadai:

  • Efek sementara: Jamu kuat mungkin memicu ereksi di awal karena tubuh masih mampu merespons, tetapi tidak memperbaiki kerusakan di pembuluh darah atau hormon.

  • Risiko kesehatan: Banyak jamu kuat di pasaran mengandung sildenafil atau tadalafil ilegal. Efeknya bisa seperti obat asli, tapi berbahaya karena dosisnya tidak jelas dan bisa membebani jantung.

  • Masking masalah serius: Dengan terus mengandalkan jamu, kita bisa terlambat menyadari masalah serius seperti penyakit jantung atau penyumbatan pembuluh darah.

Jamu kuat yang dikonsumsi berlebihan ibarat memompa ban yang sudah bocor: terlihat kencang sebentar, tetapi tidak menambal kebocoran yang sebenarnya.

Efek Kolesterol Tinggi dan Obat Simvastatin terhadap Ereksi

Dalam kasus Bapak Dedi, ada riwayat kolesterol tinggi dan konsumsi obat simvastatin. Hal ini penting diperhatikan karena:

  1. Kolesterol tinggi bisa menyumbat pembuluh darah, termasuk pembuluh darah halus di penis. Penis adalah organ vaskular yang sangat sensitif terhadap aliran darah. Jika pembuluhnya mulai tersumbat, ereksi akan melemah.

  2. Simvastatin memang menurunkan kolesterol dan melindungi jantung, tapi pada sebagian kecil pria, bisa menurunkan kadar testosteron. Ini tidak terjadi pada semua orang, tapi perlu dievaluasi.

Penting untuk tidak menghentikan obat kolesterol secara sepihak, karena kolesterol tinggi justru meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Solusinya adalah memperbaiki pola hidup, mengatur diet, dan jika perlu mengombinasikan dengan terapi ereksi yang sesuai.

Terapi Ereksi yang Tepat, Bukan Sekadar Jamu

Gangguan ereksi yang tidak membaik dengan jamu menandakan bahwa masalahnya lebih serius dan perlu terapi medis berbasis bukti. Beberapa opsi yang tersedia antara lain:

  1. Obat PDE5i yang diberikan dengan pengawasan dokter andrologi, sesuai dosis dan kondisi kesehatan jantung pasien.

  2. Terapi hormon testosteron, jika terbukti ada defisiensi hormon berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

  3. Terapi gelombang kejut (Li-ESWT) untuk memperbaiki pembuluh darah penis pada kasus disfungsi ereksi vaskular.

  4. Perbaikan gaya hidup: menurunkan berat badan, rutin olahraga terutama latihan kekuatan, berhenti merokok, dan mengontrol gula serta kolesterol.

Prinsipnya, jangan biarkan gangguan ereksi berlangsung terlalu lama. Selain mengganggu kualitas hubungan dengan pasangan, kondisi ini bisa menjadi sinyal adanya penyakit metabolik atau kardiovaskular yang perlu ditangani lebih serius.

Artikel ini telah direview oleh:

dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top