Proses Ereksi Penis

Setiap pria pasti pernah mengalami terjadinya ereksi penis. Tetapi pernahkah terlintas dipikiran kita, bagaimana proses terjadinya ereksi pada penis? Kita akan bahas mengenai hal tersebut di artikel kali ini.

Ereksi penis itu diatur oleh sistem saraf yang tidak bisa kita kontrol, disebut dengan  sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom ini ada dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Secara singkat, sistem simpatis ini aktif ketika seorang manusia berada dalam keadaan yang stres atau berbahaya. Sebagai respon terhadap stres, saraf tersebut akan membuat tubuh kita memfokuskan aliran darah pada organ-organ yang penting seperti otak dan jantung, sementara pada organ-organ lain yang tidak begitu krusial seperti penis, ia akan menurun aliran darahnya.

Sebaliknya sistem saraf parasimpatis ini aktif ketika seseorang berada dalam kondisi beristirahat. Tentu saat kita dalam keadaan istirahat dan tenang, Pada kondisi inilah ia dapat membuat penis menjadi ereksi karena aliran darahnya dapat mengalir ke sana.

Dari fenomena sistem saraf simpatis dan parasimpatis ini, kita dapat menjelaskan mengapa seseorang yang berada dalam keadaan stres yang tinggi, ia menjadi sulit mencapai ereksi. Hal ini dikaren­­akan yang aktif dominan adalah sistem saraf simpatis, sehingga aliran darah di penis menjadi lebih sedikit.

Saraf yang berperan untuk terjadinya ereksi, berada di saraf tulang belakang kita. Posisi sarafnya berada setinggi T11-L2 dan S2-S4. Untuk yang memulai terjadinya ereksi sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu ereksi refleksogenik, psikogenik, dan nokturnal.

  • Ereksi psikogenik terjadi pada saat terdapat stimulasi seksual di otak, entah dari melihat atau mendengar atau membayangkan sesuatu, yang kemudian akan membuat otak mengeluarkan hormon dopamine dan oksitosin, lalu akan membuat saraf parasimpatis yang bekerja melalui jalur saraf tulang belakang dan mengeluarkan zat yang berperan untuk terjadinya ereksi di penis.
  • ­­Ereksi refleksogenik itu terjadi pada saat penis stimulasi sentuhan (taktil) secara langsung pada daerah tersebut, dan akan timbul ereksi sebagai refleks langsung di saraf parasimpatis pada tulang belakang tanpa pemrosesan di otak. Hal inilah yang kemudian membuat penis dapat terjadi ereksi secara random pada seorang pria, meskipun tanpa sebab yang jelas. Hal ini bisa jadi dikarenakan pada penis terdapat stimulasi yang tidak kita sadari, seperti gesekan dari celana yang ketat.
  • Ereksi nokturnal adalah keadaan dimana terjadinya ereksi pada saat seseorang tidur. Ini disebabkan karena saraf parasimpatis yang dominan dan kadar hormon testosteron yang tinggi saat pagi hari.

Sekarang bagaimana mekanisme detail saraf parasimpatis dapat membuat terjadinya ereksi? Sebelumnya kita akan berkenalan dengan bagian dari penis. Di dalam penis terdapat 3 buah komponen silinder, yakni sepasang corpora cavernosum (dalam bahasa latin artinya badan berongga kosong) yang berperan penting saat terjadinya ereksi karena aliran darah akan terisi di rongga-rongga yang menyerupai spons, dan corpus spongiosum yang merupakan tempat saluran kencing (uretra) juga pada bagian ujung ia membentuk kepala penis.

Hey-ho, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons

Corpora cavernosum penis disusun oleh lapisan yang disebut tunica albuginea, di mana lapisan ini memiliki kemampuan elastis untuk mengembang seperti balon dan juga kekuatan untuk keras sehingga dapat terjadinya ereksi yang baik. Sementara itu pada corpus spongiosum ia dilapisi oleh lapisan tunica spongiosum yang dapat meregang, tetapi tidak membuat keras. Hal ini penting, sehingga pada saat terjadinya ereksi pria masih dapat buang air kecil karena saluran kencingnya tidak tersumbat.

Di dalam corpora cavernosa ini tersusun dari semacam jaringan spons di dalamnya dan pembuluh darah arteri. Jaringan spons ini tersusun oleh lapisan endotel dan otot polos, sementara  pembuluh darah arteri penis tersebut juga memiliki lapisan otot polos yang berfungsi untuk mengatur alirannya.

Sistem lapisan otot polos, endotel, dan aliran darah ini diatur oleh saraf otonom yang telah disebutkan sebelumnya. Pada keadaan saraf simpatis yang bekerja akibat adanya sebuah zat neurotransmitter (penghantar) adrenaline, maka pembuluh darah akan mengecil akibat lapisan otot yang kontraksi, sehingga memperlambat aliran darah.

Tetapi jika yang bekerja adalah sistem parasimpatis, yang terjadi adalah sebaliknya. Bagian ujung saraf parasimpatis akan melepaskan sebuah zat kimia untuk terjadinya ereksi, yang disebut sebagai acetylcholine (Ach). Ach ini akan masuk ke dalam sel endotel pada ruangan spons di corpora cavernosa yang kemudian akan mengubah arginine menjadi Nitric Oxide (NO), yang merupakan salah satu komponen penting dalam terjadinya ereksi. NO akan masuk ke dalam otot polos jaringan spons penis yang kemudian akan berinteraksi dengan enzim Guanylate Cyclase, hal ini akan membuat GTP menjadi cGMP. cGMP kemudian akan menghalangi kalsium masuk ke dalam sel dan menyimpan kalsium yang sudah ada di dalam sel masuk ke dalam retikulum endoplasma. Dengan kadar kalsium yang semakin sedikit di dalam sel, otot polos akan semakin rileks dan meregang.

Di samping itu, pembuluh darah arteri pada corpora cavernosa juga akan ikut mengalami pelebaran karena otot polosnya yang rileks, sehingga ruangan spons di dalam penis terisi oleh aliran darah dengan jumlah yang banyak. Karena tingginya tekanan darah di dalam penis, ia akan menekan pembuluh darah vena yang bekerja sebagai aliran darah balik. Setelah proses ini, maka terjadilah sebuah ereksi yang sempurna.

Setelah ereksi terjadi, maka yang selanjutnya akan terjadi adalah fase penurunan kekerasan ereksi penis. Hal ini dikarenakan, setelah sekian lama cGMP bekerja,penis akan mengeluarkan enzim yang bernama phospodiestrase (PDE). PDE inilah yang kemudian akan melawan kerja cGMP sehingga ereksi menjadi hilang dan aliran darah menurun.

Sehubungan dengan kerja enzim PDE yang menyebabkan penurunan kekerasan ereksi penis, maka dikembangkanlah obat-obatan yang kerjanya menghambat fungsi dari PDE untuk membuat memperbaiki ereksi penis pada kasus-kasus disfungsi ereksi. Obat-obat tersebut dikenal dengan istilah PDE-5 inhibitor, alias penghambat enzim PDE. Tujuannya adalah agar cGMP akan semakin lama bekerja, sehingga zat-zat yang beperan untuk meningkatkan aliran darah di penis, seperti NO, lebih optimal dan ereksi menjadi lebih baik. Salah satu obat yang bekerja dengan cara ini ialah, obat yang bernama Sildenafil Citrate, dan familiar dengan merk Viagra.

Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top