Sebuah penelitian tahun 2010 yang menunjukkan kalau posisi tubuh kita akan mempengaruhi kadar hormon kita. Disebutkan kalau tubuh kita dalam keadaan postur yang high power itu kadar hormon testosteron akan meningkat dan kortisol akan menurun sehingga kita akan menjadi lebih berani, percaya diri, dan mau mengambil risiko. Sementara jika tubuh kita postur tubuhnya dalam keadaan low power justru akan terjadi sebaliknya. Seberapa cepat efek ini terasa? Dalam hitungan menit! Kedengarannya ajaib.
“That a person can, by assuming two simple 1-min poses, embody power and instantly become more powerful has real-world, actionable implications.”
Yang dimaksud dengan high power pose adalah ketika kita memposisikan tubuh kita dengan keadaan tegak atau berdiri sambil mengecak pinggang, sementara low power pose yaitu ketika tubuh kita pada keadaan tertutup dan membungkuk lemah.
Teori ini sering disampaikan oleh berbagai motivator, dan benar adanya yang disampaikan itu berdasarkan pada sebuah penelitian tahun 2010 oleh D. Carney, dkk. Bayangkan betapa ajaibnya efek yang ditimbulkan dari sekedar mengubah postur tubuh ke hormon kita.
Tetapi, ketika mendengar mengenai masalah power posing ini saya menjadi penasaran. Apakah betul dengan mengatur posisi tubuh bisa sedrastis itu mengatur hormon? Memang ada beberapa hal yang bisa meningkatkan hormon secara alami, misalnya berolahraga meminimalisir stres, tidur dengan durasi cukup. Hal ini kemudian yang membuat saya mencari lebih jauh mengenai informasi terkait penelitian serupa.
Salah satu syarat penelitian yang baik adalah dapat ditemukan hasil yang serupa saat dilakukan penelitian ulang oleh peneliti lain di tempat lain. Di sinilah mulai terjadi sesuatu yang cukup membingungkan.
Setelah dilakukan penelitian dengan metode serupa, bahkan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, ternyata tidak ditemukan adanya peningkatan hormon testosterone atau penurunan kortisol. Dan hasil inilah yang justru seragam ditemukan oleh banyak penelitian-penelitian lainnya terkait manfaat power posing. Memang ada penelitian lain yang menunjukkan power posing dapat meningkatkan perasaan bersemangat pada sampel, namun setelah di cek kadar hormonnya tidak ditemukan perubahan yang bermakna.
Menariknya lagi pada tahun 2016, peneliti utama yang membuat penelitian mengenai power posing bernama D. Carney mengeluarkan pernyataan bahwa ia telah berubah pikiran dan tidak mempercayai efek power posing, juga tidak ingin mengajarkan hal tersebut lagi. Pernyataan ini ia rilis di website resmi Berkeley. Tentu ini meninggalkan sebuah tanda tanya besar.
Terlepas dari berbagai kontroversi tersebut, pelajaran yang dapat kita ambil adalah, ketika kita mendapatkan informasi mengenai kesehatan kita perlu mendapatkannya dari sumber terpercaya dan mengikuti bagaimana update terbarunya. Seperti pada kasus power posing ini, betul ia terdapat penelitian yang menyatakan hal tersebut bermanfaat, tetapi pada update terbarunya ternyata tidak ditemukan hasil yang serupa.
Kalau menurut pendapat saya pribadi tentu penting untuk menjaga postur tubuh kita agar mood menjadi lebih baik dan posisi otot dan tulang kita lebih sehat dibandingkan terus membungkuk. Tetapi menjual iming-iming power posing dengan menjanjikan hormon meningkat sepertinya kurang tepat.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And