Untuk para pria, ada kabar baik dan buruk. Kabar baik, karena ada sebuah penelitian yang mengambil data lebih dari 50 ribu pria dan dipublikasikan pada tahun 2023, menunjukkan bahwa rata-rata panjang penis pria saat ereksi dalam kurun waktu 29 tahun dari 1992 ke 2021 meningkat sebesar 24% dari yang rata-rata awalnya 12.2 cm menjadi rata-rata 15.2 cm.
Yang menarik lagi, di data tersebut juga menujukkan bahwa terdapat perbedaan panjang penis saat berdasarkan geografi, lebih tepatnya asal benua seseorang. Di mana kalau kita lihat dari tabel berikut, rata-rata panjang penis ereksi pria dari benua Afrika adalah 14.88 cm, Asia 11.74 cm, Eropa 14.12 cm, Amerika Utara 14.58 cm, Oseania 15.71 cm, dan Amerika Selatan 14.50 cm. Artinya kalau kita lihat dari seluruh geografi tadi, rata-rata yang paling pendek berasal dari Asia.
Tetapi tidak perlu khawatir, karena pada prinsipnya panjang penis yang lebih panjang tidak berarti akan membuat kepuasaan seksual yang lebih baik, selama panjang penis sudah berada pada range normal maka hal ini sudah cukup.
Memang terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian tersebut, di mana panjang penis yang meningkat ini hanya ditemui pada pengukuran penis saat ereksi, sementara saat diregangkan dan dalam keadaan lemas justru tidak ditemukan perbedaan. Kemudian bisa saja terdapat bias dari proses pemeriksaan karena data ini diambil dari penelitian di berbagai negara yang mungkin terdapat sedikit perbedaan pendekatan.
Sekarang kabar buruknya adalah, peneliti tersebut tidak bisa memastikan apa penyebab tersebut, salah satu kecurigaannya adalah dikarenakan pengaruh polusi lingkungan, gaya hidup tidak sehat, dan obesitas yang kemudian dapat menyebabkan pubertas pada pria menjadi lebih awal dibandingkan sebelumnya. Memang terdapat data yang menunjukkan bahwa pubertas yang lebih awal berasosiasi dengan penis yang lebih panjang.
Hal ini cukup menarik, mengingat terdapat data penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah sperma pria dan kadar hormon testosterone terjadi penurunan, dan angka kejadian tumor testis dan kelainan reproduksi saat lahir yang meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir di dunia. Terkait jumlah sperma yang semakin menurun saya sudah pernah membahasnya di artikel sebelumnya secara mendalam.
Tentu jika hal ini memang disebabkan karena faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, ini akan menimbulkan problem. Karena bukan tidak mungkin dalam jangka panjang, gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kesehatan reproduksi pria menjadi lebih buruk, terlebih data-data penelitian mendukung dampak dari fenomena tersebut.
Bukan tidak mungkin, jika kita melakukan pola hidup sehat yang lebih baik dibandingkan sebelum-sebelumnya, kesehatan reproduksi terutama pria menjadi semakin kurang baik di tahun-tahun berikutnya.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And