Seringkali ada pertanyaan dari para pasangan, apakah bisa menentukan jenis kelamin anak secara alami? Salah seorang dokter kandungan di Amerika bernama Landrum Shettles mengklaim ini hal ini bisa dilakukan jika mengikuti metodenya, yang dikenal dengan nama Metode Shettles, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 75%.
Kali ini kita akan membahas mengenai apa yang menentukan jenis kelamin anak, bagaimana metode Shettles dilakukan, seberapa efektif metode tersebut berdasarkan data penelitian terbaru, apa saja cara lain dengan teknologi untuk menentukan jenis kelamin anak, dan bagaimana opini saya.
Sebelumnya saya sangat menyarankan untuk membaca artikel saya sebelumnya yang berjudul “Menghitung Masa Subur Istri” karena metode Shettles ini sangat berkaitan pula dengan masa subur istri, dan saya tidak menjelaskan secara rinci mengenai cara menentukannya di artikel kali ini.
Yang pertama kita bahas dulu adalah, bagaimana jenis kelamin anak ditentukan. Jadi ada yang namanya kromosom jenis kelamin, secara mudahnya kromosom jenis kelamin ini adalah materi DNA kita yang menentukan apakah jenis kelamin dari manusia nanti akan menjadi pria atau perempuan. Jika kromosom jenis kelaminnya itu berkode XY dia akan menjadi laki-laki, sementara jika kodenya adalah XX maka akan menjadi perempuan.
Proses reproduksi manusia itu disebabkan terjadinya pembuahan sel telur dari wanita dan sel sperma dari pria. Pada sel telur wanita mereka isinya hanya terdapat kromosom jenis kelamin X, sementara pada sel sperma pria terdapat 2 kemungkinan isinya, antara X atau Y.
Sehingga apabila sel telur wanita bertemu dengan sel sperma pria yang berisikan kromosom X, maka hasil akhirnya akan terbentuk anak dengan kromosom XX yang akan menjadi perempuan. Sementara apabila sel telur wanita bertemu dengan sel sperma pria yang isinya kromosom Y, maka hasilnya akan terbentuk anak dengan kromosom XY yang menjadi laki-laki. Secara mudahnya, yang menentukan apakah anak akan menjadi laki-laki atau perempuan adalah bergantung pada sel sperma sang pria.
Terdapat data penelitian yang menunjukkan bahwa sel sperma yang berisi materi kromosom X (ditulis sperma X) memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang berisi materi kromosom Y (ditulis sperma Y). Sperma X memiliki bentuk yang lebih besar, sehingga ia berenang lebih lambat tetapi memiliki ketahanan sperma yang jauh lebih kuat dan bertahan lama. Sementara itu sebaliknya pada sperma Y, secara bentuk ia lebih kecil sehingga dapat berenang dengan kecepatan yang lebih cepat tetapi spermanya lebih rapuh sehingga tidak dapat bertahan lebih lama.
Karena adanya perbedaan karakteristik antara sperma yang berisikan X atau Y inilah kemudian dokter Shettles mengembangkan metodenya. Kita akan membahas metode Shettles berdasarkan cara yang ia kembangkan dan ditulisnya dalam buku “How to Choose the Sex of Your Baby” yang diterbitkan pada tahun 1984 dan terakhir direvisi tahun 2006.
- Memiliki Anak Jenis Kelamin Pria
Memiliki anak jenis kelamin pria berarti sel telur wanita perlu dibuahi oleh sperma Y. Agar dapat sperma ini yang membuahi, maka disarankan untuk berhubungan seksual hanya pada saat mendekati hari ovulasi, lebih tepatnya 24 jam sebelum terjadi ovulasi (disebutkan akan lebih optimal jika 12 jam sebelum terjadi ovulasi). Karena sperma Y diharapkan dapat berenang dengan cepat dan langsung membuahi telur yang sudah terdapat di saluran untuk pembuahan.
Apabila seseorang berhubungan seksual beberapa hari sebelum ovulasi, yang terjadi adalah sperma akan menunggu lebih lama hingga terjadinya ovulasi, sebagai akibatnya sperma Y yang lebih rapuh ini akan banyak yang mati setelah sekian hari menyisakan sperma X yang jauh lebih kuat dan tahan lama.
Selain itu saat berhubungan seksual di sarankan untuk wanitanya mengalami orgasme terlebih dahulu sebelum pria mengalami ejakulasi. Hal ini dikarenakan sperma sebetulnya memiliki tingkat pH atau keasaman yang cenderung basa, sementara cairan di dalam vagina cenderung asam. Apabila wanita mengalami orgasme terlebih dahulu, maka akan terjadi pengeluaran cairan vagina yang lebih basa, sehingga dapat menjadikan sperma Y bisa hidup lebih optimal dan bisa membuahi telur.
Jika yang terjadi sebaliknya, pria ejakulasi terlebih dahulu sebelum wanita mengalami orgasme, maka cairan vagina akan berkondisi asam sehingga dapat menyebabkan sperma Y mati lebih dahulu, dan meningkatkan kemungkinan sperma X yang membuahi sel telur sehingga hasil akhirnya justru menjadi anak perempuan.
Untuk posisi seksual yang direkomendasikan adalah posisi yang memungkinan penetrasi dalam dengan harapan sperma Y bisa berenang lebih cepat dan dekat dengan sel telur, salah satu posisinya adalah posisi doggy style.
- Memiliki Anak Jenis Kelamin Perempuan
Untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin perempuan berarti sel telur perlu dibuahi oleh sperma X. Caranya adalah dengan berhubungan seksual jauh hari sebelum terjadinya ovulasi (pada hari ke 5,4,3, dan 2 sebelum ovulasi), dan berhenti berhubungan seksual sejak menjelang terjadinya ovulasi (1 hari sebelum ovulasi). Tujuannya adalah agar sperma Y yang berenang lebih cepat di awal, akan lebih banyak yang mati karena menunggu lebih lama hingga terjadinya ovulasi, sehingga menyisakan sperma X yang dapat membuahi.
Saat berhubungan seksual yang disarankan untuk orgasme terlebih dahulu adalah pria, karena dengan pria mengalami ejakulasi tanpa adanya orgasme pada wanita, maka situasi di dalam vagina cenderung tetap asam sehingga membuat sperma Y menjadi mati.
Posisi hubungan seksual yang disarankan adalah posisi missionary dengan harapan tidak penetrasi dalam sehingga sperma yang membuahi adalah sperma X.
Itu tadi adalah cara menentukan jenis kelamin anak secara alami yang dikenal dengan cara Metode Shettles. Menurut penulisnya, salah satu penyebab kegagalan tersering adalah karena kurang akuratnya dalam pengukuran kapan terjadinya ovulasi, sehingga ia menyarankan untuk menggunakan berbagai metode untuk mengetahui kapan terjadinya ovulasi pada wanita, mulai dari metode lendir serviks, suhu tubuh, dan alat pendeteksi ovulasi.
Beberapa tahun setelah hebohnya metode Shettles ini, beberapa peneliti melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut apakah betul metode ini efektif secara ilmiah. Terdapat beberapa studi penelitian yang ternyata menunjukkan hasil berbeda. Mengatur waktu berhubungan ternyata tidak akurat dalam menentukan jenis kelamin, dan ada pula penelitian lain yang menyatakan antara sperma X dan sperma Y tidak terdapat perbedaan bentuk yang bermakna. Itulah mengapa beberapa peniliti justru menganggap teknik menentukan jenis kelamin secara alami ini tidak akurat.
Kalau kita berbicara satu-satunya cara yang paling pasti dan akurat untuk menentukan jenis kelamin anak, maka itu hanya bisa dilakukan dengan kehamilan berbantu bayi tabung. Di mana pada embrio yang telah matang, sebelum dimasukkan ke dalam rahim ia akan dilakukan pemeriksaan genetik terlebih dahulu untuk mengetahui jenis kelamin embrio tersebut. Sehingga jika yang dimasukkan isinya adalah embrio dengan jenis kelamin XY ia akan menjadi anak laki-laki, begitu pula sebaliknya jika yang dimasukkan XX ia akan menjadi anak perempuan.
Sebagai kesimpulan akhir, menurut pendapat saya metode pemilihan jenis kelamin anak secara alami ini tentu tidak bisa sepenuhnya akurat. Karena kita tidak dapat mengetahui kira-kira sperma apa yang akan membuahi sel telur wanita meskipun sudah mengatur waktu dan posisi berhubungan seksual. Tentu, jika ada yang ingin mencoba menentukan jenis kelamin anak secara alami, tidak ada salahnya mengikuti Metode Shettles yang saya jelaskan di awal. Namun, jika ternyata hasilnya tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan, tentu kita juga tetap harus mensyukurinya, karena pada dasarnya memiliki anak sendiri adalah sebuah anugerah.
Artikel ini telah direview oleh:
dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And